11 Perempuan Ini Membuka Jalan bagi Kamala Harris

Jakarta, IDN Times - Lebih dari 100 tahun lalu sejak pertama kalinya perempuan di Amerika Serikat mendapatkan hak untuk memilih dalam pemilihan umum, Kamala Devi Harris menjadi perempuan pertama yang ditahbiskan menjadi wakil presiden di Pilpres 2020. Kamala, keturunan imigran India, juga menjadi perempuan kulit hitam pertama dan perempuan keturunan Asia pertama di kursi Wapres AS.
Kamala memang bukan perempuan pertama yang mencoba mendobrak apa yang pernah disebut oleh Hillary Clinton sebagai “langit-langit kaca tertinggi di muka bumi”, meraih kursi kekuasaan di Gedung Putih. Hillary pernah mencobanya di Pilpres 2016, namun gagal mendapatkan cukup 270 suara elektoral, meskipun unggul 2,6 juta suara populer dibandingkan Donald J Trump yang kemudian menjadi presiden AS selama empat tahun terakhir ini.
Pejuang hak pilih untuk perempuan dan penerbit surat kabar di New York, Victoria Woodhull yang bersama dengan saudara perempuannya adalah perempuan pertama yang makelar saham di bursa Wall Street, menjadi perempuan pertama yang mencalonkan diri menjadi Presiden AS, pada 1872. Saat itu, Victoria dinominasikan oleh sebuah partai baru, Partai Kesetaraan Hak.
Tidak ada data soal apakah dia berkampanye, dan warga berusia 33 tahun seperti dia saat itu tidak memenuhi syarat menjadi capres (minimal 35 tahun menurut konstitusi AS). Pada hari pemilu, Victoria dipenjara atas tuduhan melanggar pasal konten cabul yang dia publikasikan di korannya, tentang asmara seorang pemimpin agama. Meskipun cukup termashyur saat itu, tidak ada data apakah ada yang memberikan suara untuk Victoria.
Victoria memang gagal duduk di Gedung Putih. Kamala Harris adalah contoh hari ini dari deretan panjang perempuan yang berjuang untuk itu. Data dari Pusat Perempuan dan Politik di AS yang disusun oleh Universitas Rutgers menunjukkan setidaknya ada 11 perempuan, termasuk satu berkulit hitam dan satu keturunan Asia yang pernah mencoba mencalonkan diri di kursi cawapres.
Menurut laman National Geographic, mungkin ada lebih banyak nama, tapi yang mereka cantumkan adalah yang setidaknya mendapatkan 1 persen suara pupoler atau menerima lebih dari 100 suara dalam nominasi di konvensi partai besar, dalam hal ini Partai Republik dan Partai Demokrat.
Banyak diantara kandidat wapres sebelumnya berasal dari partai ketiga. Beberapa mencalonkan diri untuk mengangkat isu tertentu, sebagian untuk membuktikan kemampuan, dan beberapa direkrut untuk memberikan tambahan energi dukungan bagi kampanye kandidat capres laki-laki.
Tidak banyak yang benar-benar memiliki peluang signifikan untuk meraih kursi wapres.
Berikut, 11 perempuan yang dianggap membuka jalan bagi Kamala Harris.
1. Marietta Stow
Pada 1884, Marietta, pemilik surat kabar di California, mencalonkan Belva Lockwood, seorang pengacara, untuk maju menjadi kandidat presiden dari Partai Kesetaraan Hak Nasional. Belva menarik perhatian Marietta ketika dia mengatakan, sementara perempuan tidak punya hak pilih, “tidak ada hukum yang mengatakan bahwa perempuan tidak bisa dipilih”.
Marietta lantas mencalonkan dirinya sebagai cawapres dan jadi perempuan pertama dalam sejarah politik AS yang pernah melakukan hal ini. Kedua perempuan ini berkampanye secara serius dan dari sekitar 10 juta pemilih, mendapatkan 5 ribu suara – tentunya semua pemilih adalah laki-laki.