Dilansir Associated Press, el-Fasher menjadi pusat konflik antara militer dan RSF yang dibantu oleh milisi Arab "janjaweed". Kota ini merupakan benteng terakhir yang masih dikuasai militer di wilayah Darfur.
Claire Nicolet, kepala program darurat MSF, pekan lalu mengatakan bahwa rumah sakit kekurangan dokter bedah, sementara korban luka terus berdatangan sejak pecahnya pertempuran di el-Fasher.
"Kami berharap dapat meningkatkan jumlah ahli bedah dalam beberapa hari mendatang agar dapat mengobati sejumlah besar korban luka dengan lebih cepat. Saat ini, karena intensitas pertempuran, orang-orang terjebak di kota dan tidak bisa keluar, jadi kami mengantisipasi akan ada lebih banyak korban luka yang tiba di rumah sakit dalam beberapa hari mendatang," kata Nicolet dalam sebuah pernyataan.
Selain kekurangan staf, hal lainnya yang menjadi tantangan adalah pasokan medis.
"Persediaan medis hampir habis—persediaan kami hanya tersisa sekitar 10 hari, jadi kami harus segera mengisi kembali stok di rumah sakit. Kita memerlukan akses dan otorisasi yang aman dari pihak-pihak yang bertikai untuk dapat melakukan hal ini," tambah dia.