Dilansir dari The Guardian, laporan dari SAC-M menemukan bahwa puluhan perusahaan tersebut memasok bahan mentah, mesin, teknologi, dan suku cadang ke Direktorat Industri Pertahanan (DDI), sebuah perusahaan milik negara yang bertanggung jawab memproduksi peralatan militer untuk angkatan bersenjata Myanmar. Beberapa negara yang dimaksud diantaranya Austria, Prancis, China, Singapura, India, Israel, Ukraina, Jerman, Taiwan, Jepang, Rusia, Korea Selatan, dan AS.
"Ini kurang lebih merupakan perusahaan milik militer," ungkap pernyataan dari Pendiri SAC-M sekaligus mantan pelapor khusus PBB, Yanghee Lee, yang dikutip dari The Guardian.
Dia menambahkan bahwa DDI dapat menggunakan pasokan impor ini untuk menekan dan melakukan pelanggaran HAM, kejahatan perang, kejahatan terhadap kemanusiaan, dan genosida. SAC-M bahkan meminta perusahaan, baik secara langsung atau tidak langsung melakukan bisnis dengan militer dan entitas terkait, untuk berhenti memasok senjata.
Lee mengatakan bahwa jika perusahaan-perusahaan ini tidak melakukan bisnis secara langsung dengan DDI, mereka harus menyelidiki bagaimana produk mereka secara tidak sengaja akhirnya digunakan untuk pembuatan senjata oleh militer di Myanmar.