Dalam sebuah laporan yang diterbitkan pada September, kelompok advokasi Global Witness yang berbasis di London menempatkan Kolombia sebagai negara paling berbahaya di dunia bagi para aktivis lingkungan dan mereka yang membela hak atas tanah bagi kelompok masyarakat lokal.
Menurut laporan tersebut, dari 177 aktivis lingkungan hidup yang dibunuh di seluruh dunia tahun lalu, 60 di antaranya dibunuh di Kolombia.
“Ini benar-benar statistik yang memalukan bagi negara ini,” kata Menteri Lingkungan Hidup Kolombia Susana Muhamad dalam sebuah pernyataan, ketika laporan itu dirilis.
Laura Furones, penasihat senior Global Witness, mengatakan bahwa pengumpulan data lebih sulit dilakukan di negara-negara seperti China dan Afrika, yang memiliki pemimpin otoriter dan masyarakat sipil yang lemah. Akibatnya, pembunuhan terhadap aktivis lingkungan hidup di negara-negara tersebut mungkin tidak dilaporkan.
“Amerika Latin memiliki masyarakat sipil dan kelompok masyarakat adat yang cukup kuat. Mereka lebih banyak diserang karena mereka berjuang lebih aktif untuk mempertahankan tanah dan sumber daya mereka. Inilah sebabnya mengapa mereka dibunuh. Mereka tidak siap menghentikan pekerjaan mereka," kata Furones kepada NPR.
Dikelilingi oleh hutan Amazon dan tiga pegunungan Andes, Kolombia menjadi salah satu negara dengan keanekaragaman hayati paling tinggi di dunia. Sayangnya, pemerintah tidak sepenuhnya mengendalikan daerah-daerah terpencil di negara tersebut, yang telah diduduki oleh pengedar narkoba dan gerilyawan Marxis.