2 Bom Meledak di Mogadishu, Targetkan Kementerian Pendidikan Somalia

Jakarta, IDN Times - Dua ledakan bom mobil terjadi di Mogadishu ibu kota Somalia, Sabtu (29/10/2022). Ledakan terjadi di dekat kantor-kantor utama pemerintah dan dianggap menargetkan pihak Kementerian Pendidikan.
Pihak berwenang belum mengumumkan seberapa banyak korban tewas dan luka akibat serangan itu, tapi seorang pekerja bantuan menyampaikan bahwa hasil hitungannya ada 30 orang tewas.
1. Pihak berwenang menuduh Al-Shabab sebagai pelaku
Melansir Reuters, dalam keterangannya pihak berwenang menuduh kelompok teroris Al-Shabab sebagai pelaku. Serangan itu diperkirakan menargetkan Kementerian Pendidikan, yang berada di sebuah persimpangan jalan dan sebuah sekolah.
"Pada pukul 14:00 teroris Al-Shabab melakukan dua ledakan yang menargetkan warga sipil, termasuk anak-anak, wanita, dan orang tua," kata Sadiq Doodishe, juru bicara polisi.
Namun, kelompok Al-Shabab belum memberikan tanggapan atas serangan itu. Al-Shabab jarang mengklaim serangan yang menewaksan sejumlah besar warga sipil.
Pada Agustus, serangan bom juga terjadi di Mogadishu, yang menargetkan Hotel Hayat. Serangan itu dilakukan oleh Kelompok Al-Shabab, sedikitnya 20 orang tewas dan puluhan terluka dalam seranga, yanang memicu 30 jam pertempuran Al-Shabab dengan pasukan keamanan.
Serangan terbaru itu terjadi di lokasi yang sama dengan serangan bom terbesar Somalia, yang terjadi pada Oktober 2017. Dalam serangan lima tahun lalu itu, menewaskan lebih dari 500 orang, di mana sebuah bom truk meledak di luar sebuah hotel yang ramai di persimpangan K5 yang dipenuhi dengan kantor-kantor pemerintah, restoran, dan toko.
2. Ledakan kedua hancurkan ambulans
Melansir Associated Press, Hassan Osman, seorang relawan di rumah sakit Medina, mengatakan total setidaknya 30 orang tewas dan mayoritas adalah perempuan. Orang-orang yang panik diketahui telah pergi ke rumah sakit untuk mencari kerabat mereka.
Abdulkadir Adan dari Layanan Ambulans Aamin dalam keterangannya menyampaikan pihaknya telah mengumpulkan sedikitnya 35 orang yang terluka. Adan memberitahu bahwa salah satu ambulans yang menanggapi serangan pertama hancur terkena serangan bom kedua.
"Saya berada 100 meter ketika ledakan kedua terjadi. Saya tidak bisa menghitung mayat di tanah karena (jumlah) korban jiwa," kata saksi mata Abdirazak Hassan, yang memberitahu bahwa ledakan pertama menghantam tembok pembatas Kementerian Pendidikan, tempat para pedagang kaki lima dan penukaran uang berada.
Keterangan wartawan menyampaikan ledakan kedua terjadi di depan sebuah restoran yang ramai saat jam makan siang, yang menyebabkan hancurnya kendaraan tuk-tuk dan kendaraan lain di area tempat banyak restoran dan hotel berada. Wartawan itu melihat banyak mayat dan memperkirakan para korban itu adalah warga sipil yang bepergian dengan transportasi umum.
Sindikat Jurnalis Somalia mengatakan satu wartawan tewas dan dua lainnya terluka oleh ledakan kedua saat sedang menuju ke titik ledakan pertama.
3. Serangan terjadi saat pemerintah mengadakan pertemuan untuk memerangi teroris
Serangan terbaru di Mogadishu terjadi di hari ketika presiden, perdana menteri, dan pejabat senior lainnya mengadakan pertemuan untuk membahas upaya dalam memerangi kelompok teroris, terutama terhadap kelompok Al-Shabab.
Perdana Menteri Hamza Abdi Barre memberikan tanggapan atas serangan di ibu kota, dengan menyampaikan bahwa serangan itu tidak akan meredam upaya pemerintah dalam melenyapkan Al-Shabab.
Al-Shabab yang bersekutu dengan Al-Qaeda selama lebih dari satu dekade telah berusaha menggulingkan pemerintah Somalia untuk mendirikan pemerintahannya sendiri berdasarkan interpretasi yang mereka yakini dalam hukum agama Islam.
Saat ini pemerintah telah meningkatkan serangan terhadap kelompok ekstremis dan didukung oleh Amerika Serikat (AS). Presiden Hassan Sheikh Mohamud menggambarkan upaya saat ini sebagai perang total melawan para ekstremis, yang menguasai sebagian besar Somalia tengah dan selatan dan dalam beberapa tahun terakhir telah menjadi sasaran sejumlah serangan udara AS.
Serangan yang meningkat itu telah ditanggapi para teroris dengan membunuh pemimpin klan terkemuka sebagai tindakan untuk menghalangi dukungan terhadap serangan yang dilancarkan pemerintah.