Ilustrasi pemilu. (Unsplash.com/Element5 Digital)
Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, telah mempertahankan pendiriannya untuk tidak menyetujui perempuan atau siapa pun yang mendesak perubahan radikal pada pemerintahan negara itu untuk mengukuti pemilu. Khamenei dalam beberapa hari terakhir menyerukan jumlah pemilih yang "maksimal".
Saat ini, sikap apatis masyarakat yang luas telah terjadi di ibu kota Iran tekait pemilu. Pemilihan umum ini juga dihadapkan dengan pilihan yang terbatas. Ketidakpuasan yang meluas atas tindakan keras pihak berwenang terhadap kaum perempuan terkait kewajiban mengenakan jilbab membuat sebagian orang mengatakan mereka tidak akan memilih.
"Saya tidak menonton debat apa pun karena saya tidak punya rencana untuk memilih. Saya memilih Rouhani tujuh tahun lalu, tetapi dia gagal memenuhi janjinya untuk ekonomi yang lebih baik. Janji apa pun dari kandidat mana pun hanya akan ada di atas kertas," kata Fatemeh Jazayeri, pengangguran berusia 27 tahun dengan gelar master.
Mahmoud Seyedi, seorang pemilik toko berusia 46 tahun, mengatakan dia dan istrinya, serta dua putrinya akan memilih.
“Saya dan istri saya memutuskan untuk memilih Qalibaf karena dia tahu cara menyelesaikan masalah negara berdasarkan pengalaman bertahun-tahun, tapi putri saya juga memikirkan Jalili. Ngomong-ngomong, memilih adalah tugas kami," katanya.