Ilustrasi Perdagangan Perempuan (IDN Times/Mardya Shakti)
Perwakilan UN Special Rapporteur tentang situasi hak asasi manusia di Kamboja, Vitit Muntarbhorn, menyampaikan bahwa korban perdagangan manusia di Kamboja berada seperti di neraka. Hal tersebut tak lepas dari fakta bahwa banyak dari mereka yang disiksa atau bahkan dibunuh.
“Negara-negara lainnya menyadari fenomena tersebut dan Kamboja perlu mengaktifkan tindakan pencegahan lebih kuat, sambil menyambut kerja sama dan dukungan internasional,” kata Vitit, dilansir DW.
Selama bertahun-tahun, Kamboja telah berubah dari sumber menjadi tujuan utama perdagangan manusia di Asia Tenggara.
Para penyelundup kebanyakan berkaitan dengan geng kriminal terorganisir. Mereka menargetkan warga negara asing melalui berbagai aplikasi media sosial, dan menawarkan pekerjaan serta akomodasi bergaji tinggi.
"Awalnya, para scammer mengatakan bahwa saya bisa datang ke Kamboja untuk mendapatkan pekerjaan yang bagus, karena saya adalah seorang insinyur dan saya dapat berbicara bahasa Inggris," kata Wei yang merupakan salah satu korban penipuan.
"Setibanya di Kamboja, paspor dan visanya diambil oleh para penipu. Mereka meminta saya untuk bergabung dengan mereka, jika tidak saya harus membayar 30 ribu dolar AS," kata Wei, yang ditahan di kompleks selama lima bulan di luar keinginannya sebelum dia melarikan diri pada awal Desember 2022, dilasir DW.