Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi nyamuk Aedes aegypti. (pexels.com/ Pixabay)

Jakarta, IDN Times - Wabah demam berdarah yang terjadi di Bangladesh telah merenggut lebih dari seribu korban jiwa sepanjang tahun ini.

Data resmi menunjukkan, setidaknya 1.017 orang telah meninggal selama 2023 dan hampir 209 ribu orang terinfeksi, dilansir Reuters pada Senin (2/10/2023).

Angka kematian saat ini hampir empat kali lebih banyak dibandingkan tahun lalu, saat Bangladesh melaporkan 281 kematian terkait demam berdarah.

Penyakit yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti ini disebut sebagai wabah demam berdarah terburuk tahun ini yang melanda Bangladesh. Sebelumnya, demam berdarah merupakan penyakit musiman di negara itu. Namun, karena musim hujan yang lebih panas dan basah akibat perubahan iklim, penyakit ini menjadi lebih sering terjadi sejak wabah pertama kali tercatat pada tahun 2000.

1. Sistem kesehatan di Bangladesh saat ini

Saat ini, rumah sakit sedang berjuang untuk menyediakan ruang bagi sejumlah besar pasien yang menderita demam tinggi, nyeri sendi, dan muntah-muntah. Kesulitan dalam menyediakan ruangan karena penyakit ini menyebar dengan cepat dan sebagian besar fasilitas kesehatan kelebihan kapasitas.

Rumah sakit juga kekurangan cairan infus yang sangat penting bagi pengobatan, karena pasien demam berdarah sering mengalami dehidrasi.

Seorang administrator rumah sakit mengatakan, meskipun pasien dari Dhaka mengalami penurunan dalam beberapa hari terakhir, namun jumlah orang yang dirawat di daerah pedesaan telah meningkat.

Tidak ada vaksin atau obat yang secara khusus yang tersedia di negara itu, guna mengobati penyakit tersebut. Demam berdarah dianggap hal umum dan sering terjadi di Asia Selatan selama musim hujan dari Juni-September.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat, infeksi demam berdarah telah dilaporkan di seluruh 64 distrik di Bangladesh.

2. Pandangan para pakar tentang demam berdarah di Bangladesh

Editorial Team

Tonton lebih seru di