Jakarta, IDN Times - Sebanyak 44 WNI tercatat pernah diculik oleh kelompok militan Abu Sayyaf yang berbasis di Mindanao, Filipina Selatan. Berdasarkan data yang dikumpulkan dari Direktorat PWNI Kementerian Luar Negeri, warga Indonesia itu diculik pada periode 2016-2020. Terbaru, adalah lima nelayan asal Buton, yang diculik pada 16 Januari 2020 lalu di perairan Lahat Datu, Malaysia.
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi pada 23 Januari 2020 lalu pernah menyampaikan 44 WNI ditawan Abu Sayyaf dalam 13 penculikan. "Hampir semua lokusnya (kejadian penculikan) di perairan Sabah," ungkap menlu perempuan pertama di Indonesia itu.
Berdasarkan laporan media Filipina, The Inquirer, Rabu, 30 September 2020, ada sejumlah uang yang dilibatkan agar bisa membebaskan lima nelayan Indonesia itu. Sudah jadi rahasia umum aktivitas penculikan dijadikan lahan bisnis bagi kelompok yang bermukim di Pulau Sulu itu.
Informasi yang diperoleh The Inquirer, lima nelayan Indonesia itu sesungguhnya sudah "dibebaskan" oleh kelompok Abu Sayyaf. Namun, mereka justru ditawan lagi oleh kelompok lain yang semula ikut memfasilitasi proses pembebasannya.
Ketika militer Filipina melakukan operasi pembebasan pada 28 September 2020 lalu, satu WNI yang disandera malah tewas dalam kontak senjata. Misi penyelamatan itu gagal total. Sebab, empat WNI lainnya juga tidak berhasil diselamatkan dan dibawa kabur oleh ASG.
Bagaimana kondisi empat WNI lainnya yang masih ditawan?