Burkina Faso adalah negara yang terkunci daratan. Negara itu dipimpin oleh Presiden Roch Marc Christian Kabore. Dalam insiden serangan yang menewaskan total 47 warga dan pasukannya, Presiden kemudian mengumumkan masa berkabung nasional selama tiga hari.
Melansir RFI, masa berkabung itu dimulai pada hari Kamis (19/8) dan bendera setengah tiang akan dikibarkan di gedung-gedung publik. Presiden memerintahkannya dengan dekrit resmi yang dikeluarkan oleh kantornya. Perayaan-perayaan dilarang selama masa berkabung nasional.
Ibrahim Kagone, seorang jurnalis lokal mengatakan "penduduk Gorgadji dan Arbinda terkejut dan prihatin dengan meningkatnya (serangan) teroris terhadap warga sipil di wilayah tersebut," katanya dikutip Deutsche Welle.
Dalam laporan tahun 2020, Human Rights Watch mengatakan bahwa kelompok militan di Burkina Faso berusaha membenarkan serangannya. Mereka menghubungkan korban dengan pemerintah yang dimusuhi, milisi sekutu, Barat atau Kristen.
Serangan yang dilancarkan oleh kelompok tersebut menargetkan gereja, masjid, konvoi bantuan internasional, konvoi militer dan bahkan juga sekolah. Sebagian besar serangan menargetkan etnis Mossi dan Foulse. Etnis Mossi adalah kelompok etnis terbesar di Burkina Faso dengan jumlah sekitar 51 persen total penduduk.