ilustrasi perang (Unsplash.com/Hasan Almasi)
Berada di tepian Eropa, Kaukasus memiliki beberapa konflik yang mematikan. Setidaknya, dari mulai akhir 1980-an hingga kini, ada tiga konflik yang terlihat telah melandai tapi sebenarnya masih menyimpan bara yang bisa menyala.
Konflik pertama adalah perang Rusia di Chechnya, setelah bangsa Chechnya menginginkan kemerdekaan dari Rusia yang berantakan usai Uni Soviet bubar. Perang meletus dari 1994-1996. Rusia meninggalkan Chechnya yang secara de facto jadi merdeka.
Tapi pada 1999, perang kembali pecah antara Rusia-Chechnya hingga wilayah Kaukasus itu ditundukkan. Pada 2015, otoritas Chechnya mengatakan, akibat perang sekitar 150-160 ribu orang tewas, dikutip dari RFE/RL.
Konflik kedua adalah perang Azerbaijan-Armenia. Perang ini berada di wilayah Nagorno-Karbakh yang secara internasional diakui milik Azerbaijan tapi ditinggali sebagian besar oleh etnis Armenia. Perang ini terjadi dua kali, yakni pada awal 1990-an dan 2000-an.
Pada perang pertama, lebih dari 30 ribu orang tewas dan banyak orang Azeri yang terusir. Konflik kembali menyala pada September 2020 dengan lebih dari 5 ribu orang tewas. Tentara Azeri yang lebih modern berhasil memaksa Armenia untuk mundur. Konflik tersebut sampai saat ini belum benar-benar dituntaskan.
Konflik ketiga adalah perang Rusia-Georgia pada 2008. Perang ini berlangsung singkat dengan latar belakang wilayah Osetia Selatan dan Abkhazia, yang ingin memisahkan diri dari Georgia.
Pasukan Rusia mendukung Osetia Selatan dan Abkhazia dalam memerangi Georgia. Perang ini membunuh sekitar 500 tentara dari kedua pihak dan membuat lebih dari 100 ribu orang mengungsi.