Dukungan pemerintah Amerika Serikat terhadap pemerintah Israel memang sudah ada semenjak dulu. Namun, Rezim Trump menunjukkan dukungan mereka secara terang-terangan.
Salah satu bentuk dukungan kepada Israel adalah dengan keluar dari salah satu organisasi PBB yang mengurusi bidang Pendidikan dan Kebudayaan, yakni UNESCO. Alasan AS keluar adalah karena sikap UNESCO yang dianggap sangat bias terhadap negara-negara Arab dan negara pro-Arab.
Pihak Kementerian Luar Negeri AS menyatakan bahwa UNESCO merupakan organisasi "anti-Israel". Kontroversi teranyar yang dibuat Rezim Trump yang menujukkan dukungan terhadap Israel adalah keputusannya terkait pemindahan Kedutaan Besar Amerika Serikat dari Tel Aviv ke Yerussalem.
Keputusan tersebut melangkahi resolusi PBB yang meyakini bahwa permasalahan Yerussalem hanya bisa selesai dengan keterlibatan langsung antara dua pihak, yakni Palestina dan Israel. Tindakan itu dikecam oleh banyak pemimpin dunia, karena mencederai setiap upaya perdamaian antara Palestina dan Israel.
Akibat tindakan sepihaknya, Presiden Turki yakni Recep Tayyip Endorgan langsung mengadakan pertemuan darurat dengan negara-negara yang tergabung dalam Liga Arab dan Organisasi Konferensi Islam di Turki. Agaknya, pertemuan itu membuahkan hasil karena pada voting yang dilakukan PBB keputusan AS ditolak oleh 128 negara.
Trump sendiri tidak hanya menciptakan kontroversi dengan kebijakan luar negerinya. Ia juga membuat "kegaduhan" dengan beberapa perubahan kebijakan dalam negeri, seperti pembekuan program ObamaCare yang dibuat untuk membantu masyarakat yang tidak memiliki atau terdaftar asuransi kesehatan dalam mendapatkan jaminan kesehatan.
Obama Care sendiri merupakan warisan dari pemerintahan Obama. Selain itu Trump juga mengusung rencana pembatasan akses Internet umum.