Walau internet sudah mendikte sebagian besar aspek kehidupan manusia, tapi konsep keperawanan masih sangat dijunjung tinggi oleh masyarakat di sejumlah negara. Meski keperawanan berlaku baik untuk laki-laki dan perempuan, tapi masyarakat menempatkan beban jauh lebih besar kepada kaum hawa.
Keperawanan dimaknai sebagai sebuah properti berharga bagi perempuan. Hal yang sangat diagung-agungkan itu hilang jika alat kelamin pria melakukan penetrasi ke alat kelamin perempuan dan merobek selaput dara. Lebih buruk lagi bila ini terjadi melalui seks di luar nikah. Padahal, selaput dara dalam tubuh perempuan itu beragam — derajat kelembutan dan fleksibilitasnya pun berbeda.
Saking pentingnya keperawanan, instansi tertentu bahkan masih mensyaratkan tes keperawanan sebagai syarat utama. Bagi sebagian pihak, tes ini dinilai sarat dengan informasi menyesatkan dan budaya patriarkis yang mendiskriminasi perempuan. Di sisi lain, banyak juga yang masih menganggapnya sangat penting sebagai penentu moralitas dan nilai dari seorang perempuan. Berikut adalah beberapa negara yang masih menjalankan tes keperawanan.