Ilustrasi perang/konflik. (IDN Times/Aditya Pratama)
PPI Sudan pun menjelaskan, kabar awal adanya peperangan yang terjadi di Sudan. Pada 15 April 2023 lalu, PPI Sudan telah menerima kabar adanya peperangan antara Militer Sudan dengan Paramiliter Rapid Support Forces (RSF) tepatnya pada pukul 09.23 waktu setempat.
Hal ini kemudian dikonfirmasi dengan menghubungi KBRI Khartoum sebagai Perwakilan RI di Sudan. Sementara itu, sebelum peperangan terjadi, baik PPI Sudan sebagai organisasi maupun individu seluruh pelajar Indonesia di Sudan belum pernah mendapatkan informasi valid terkait hal tersebut. Oleh karena itu, PPI Sudan segera mencari informasi terbaru terkait kondisi pelajar Indonesia di Sudan.
Kemudian, pukul 19.27 waktu setempat, beberapa pelajar Indonesia di Sudan bersama beberapa elemen WNI lainnya bertahap semakin sering memberikan informasi untuk mengetahui lebih dalam kondisi peperangan ini agar bisa mencari solusi terbaik.
"Dalam hal ini, fokus PPI Sudan bukan pada mencari riwayat penyebab peperangan tersebut bisa terjadi, melainkan pada hal konkret yang kiranya dapat dikerjakan untuk membantu kemaslahatan seluruh pelajar Indonesia," ujar Arya.
PPI Sudan, Ikatan Mahasiswa Indonesia International University of Africa (IMI IUA), dan beberapa aktivis mahasiswa membentuk tim relawan untuk membantu kebutuhan pokok seluruh pelajar Indonesia di Sudan.
Pada waktu bersamaan, tim relawan juga segera mendata persebaran tempat tinggal seluruh pelajar Indonesia di sana.
Pada hari kedua peperangan terjadi (16/4/2023), terdapat eskalasi peperangan yang dilakukan antara militer Sudan dengan paramiliter RSF. Hasilnya, pada beberapa titik tinggal pelajar Indonesia ditemukan beberapa bekas peluru, misalnya di rumah makan Bukra, Arkaweet 49.
Eskalasi ini terus terjadi hingga puncaknya pada hari ketiga Senin (17/4/2023). Namun, sebelum terjadinya puncak peperangan, khususnya pada titik tinggal pelajar, tim relawan bersama KBRI Khartoum tidak dapat melakukan pendistribusian bahan pangan mentah untuk diolah sebagai makanan sahur mahasiswa yang tergabung di komunitas Syabab Markaz dan 76 mahasiswi Indonesia di IUA karena terjadi baku tembak tepatnya di depan kawasan pusat IUA.
"PPI Sudan berusaha terus aktif menjalin komunikasi, mendistribusikan bantuan, dan melakukan upaya-upaya konkret penunjang keselamatan seluruh pelajar Indonesia di Sudan bersama KBRI Khartoum, IMI IUA, dan beberapa aktivis mahasiswa yang tergabung dalam tim relawan. Khususnya dalam penerimaan manfaat dan pendistribusian bahan pangan dan kebutuhan lainnya," imbuh Arya.