Pemilu pada bulan Juni 2021 di Ethiopia adalah pemilu yang sudah ditunda karena berbagai masalah. Salah satu yang paling utama adalah karena penyebaran infeksi COVID-19.
Dalam pemilu yang kemudian dapat terlaksana, media lokal Addis Standard menilai bahwa pemilu berjalan secara tidak lengkap karena absennya suara dari regional Tigray.
Dalam catatan analisanya disebutkan "untuk pertama kalinya sejak Republik Demokratik Federal Ethiopia (FDRE) dibentuk pada tahun 1995, Ethiopia membentuk pemerintahan baru tanpa kehadiran salah satu dari sepuluh anggota federasinya, negara bagian Tigray, dan dengan latar belakang proses pemilihan yang tidak lengkap."
Selain itu, pemerintahan Abiy Ahmed akan menghadapi beberapa masalah diplomatik karena konflik dengan beberapa negara tetangga seperti Mesir, juga masalah perang TPLF-Ethiopia yang sampai kini belum selesai.
Tapi peneliti Amnesty International, Fisseha Tekle, melihat dengan sudut pandang berbeda atas pelantikan PM Abiy Ahmed.
Dilansir dari Associated Press, dia mengatakan "saya pikir itu akan memberi pemerintah (Ethiopia) kesempatan untuk memperbarui komitmennya untuk mereformasi dan meningkatkan situasi hak asasi manusia di negara ini.
"Mereka memiliki parlemen yang didominasi oleh satu partai yang berkuasa, jadi jika mereka memiliki komitmen, mereka juga memiliki kesempatan untuk melakukan itu."
Saat ini penyelidikan tentang pelanggaran kemanusiaan telah dilakukan meski ada insiden, yakni tujuh anggota senior PBB yang diusir oleh Kementrian Luar Negeri Ethiopia. Laporan tentang penyelidikan tersebut, akan dirilis pada 1 November mendatang.