Cali, IDN Times - Tentara Kolombia mulai memperketat kontrolnya atas kota Cali, Kolombia setelah protes besar-besaran selama beberapa minggu terakhir ini menimbulkan korban jiwa. Protes besar-besaran tersebut bermula dari rencana kenaikan pajak oleh pemerintah Kolombia. Bagaimana awal ceritanya?
Ada Korban Jiwa, Tentara Kolombia Mulai Perketat Jalan di Cali
1. Presiden Kolombia berjanji untuk memulihkan ketertiban menyusul adanya kekerasan saat protes besar-besaran berlangsung
Dilansir dari BBC, Presiden Kolombia, Ivan Duque, telah memerintahkan militer untuk turun di beberapa jalan di Kolombia dan saat ini dilaporkan berlangsung lengang pada hari Sabtu, 29 Mei 2021, waktu setempat. Sebelumnya, Duque telah berjanji untuk memulihkan ketertiban menyusul adanya kekerasan yang mematikan yang meletus di tengah protes besar-besaran anti-pemerintah. Duque juga memerintahkan sebanyak 7.000 tentara untuk membantu membersihkan serta berpatroli di jalan-jalan yang diblokade 10 departemen, sementara sebanyak 1.141 tentara dikerahkan di Cali, Kolombia.
Direktur Eksekutif Divisi Amerika dari Human Rights Watch (HRW), Jose Miguel Vivanco, mengatakan pada hari Sabtu, 29 Mei 2021, waktu setempat bahwa tindakan Duque untuk memulihkan ketertiban di Provinsi tersebut tidak mencakup rujukan eksplisit apapun untuk memprioritaskan dialog, menghindari kekerasan yang berlebihan, dan menghormati HAM. Ia juga menambahkan kegagalan serius dapat memiliki konsekuensi yang tidak dapat diperbaiki. Sehari sebelumnya, kantor HAM PBB di Kolombia menyatakan rasa keprihatinan tentang korban tewas tersebut dengan mendesak ketenangan dan tanpa kekerasan.
2. Tindakan kekerasan polisi Kolombia terhadap para demonstran menimbulkan kecaman dari dunia internasional
Secara resmi, jumlah korban tewas akibat protes besar-besaran yang terjadi di Kolombia sampai saat ini mencapai angka 49 orang, namun pihak HRW justru menyebut korban tewas mencapai angka 63 orang. Di sisi lain, tindakan kekerasan yang terjadi di Kolombia terhadap para demonstran menimbulkan kecaman keras dari dunia internasional. Dalam pertemuan dengan Wakil Presiden Kolombia, Marta Lucia Ramirez, di Washington, D.C, Amerika Serikat, pada hari Jumat, 28 Mei 2021, lalu Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Antony Blinken, menyatakan rasa keprihatinan dan belasungkawa atas hilangnya nyawa selama protes besar-besaran yang terjadi baru-baru ini di Kolombia.
Blinken juga menegaskan kembali hak warga negara yang tidak perlu dipertanyakan untuk melakukan protes besar-besaran secara damai. Ia menyambut baik dialog nasional yang diadakan oleh Duque sebagai kesempatan bagi warga Kolombia untuk bekerja sama membangun masa depan yang damai dan sejahtera. Akan tetapi, negosiasi yang berlangsung selama 2 minggu terakhir ini untuk mengakhiri kerusuhan justru belum membuahkan hasil.
3. Menurut salah satu pimpinan demonstran, satu-satunya hal yang hilang adalah tanda tangan Presiden Kolombia untuk memulai negosiasi
Pemerintah Kolombia dan para pemimpin gerakan protes mencapai "pra-kesepakatan" untuk mengakhiri protes besar-besaran awal pekan ini, tetapi penyelenggara aksi mogok pada hari Kamis, 27 Mei 2021, lalu mengatakan pemerintah Kolombia belum menandatangani kesepakatan dan menuduhnya telah mengulur-ulur waktu. Menurut salah satu pimpinan protes, yang merupakan Presiden Central Union of Workers (CUT), Francisco Maltes, mengatakan pihaknya telah mencapai kesepakatan dan satu-satunya hal yang hilang adalah tanda tangan Presiden Kolombia untuk memulai negosiasi.
Pemerintah sendiri mengatakan belum menandatangani kesepakatan karena beberapa pemimpin gerakan protes tidak akan mengutuk pemblokiran jalan, menyebut masalah tidak dapat dinegosiasikan, dan menambahkan bahwa pembicaraan akan dilanjutkan pada hari Minggu, 30 Mei 2021, ini waktu setempat. Kementerian Keuangan Kolombia memperkirakan protes besar-besaran dan penghalangan jalan telah merugikan negara sebesar 2,68 miliar dolar Amerika Serikat atau setara dengan Rp38,3 triliun, dengan hambatan yang menyebabkan kekurangan makanan dan persediaan lainnya, menaikkan harga, serta mengganggu operasi di pelabuhan utama Kolombia dan ratusan perusahaan lainnya.