Adnan al-Sahrawi: Komandan ISIS Greater Sahara yang Dibunuh Prancis

Jakarta, IDN Times - Presiden Republik Prancis, Emmanuel Macron, mengumumkan Komandan Islamic State of Greater Sahara (ISGS) Adnan Abu Walid al-Sahrawi tewas di Kawasan Sahel. Pengumuman itu disampaikan Rabu (15/09/2021) setelah militer Prancis sukses melancarkan operasi anti-teror di lokasi yang tidak disebutkan.
Kematian Sahrawi menandakan kesuksesan Prancis setelah bertahun-tahun melacak keberadaannya. Lahir di Sahara Barat pada 1973, Sahrawi merupakan teroris paling dicari oleh dunia karena kesetiannya terhadap ISIS, serta teror berdarah yang ia lancarkan di berbagai negara di Afrika Barat, seperti yang dilansir dari Counter Extremism Project.
Berikut adalah profil komandan ISGS yang berhasil diburu dan dibungkam Prancis.
1. Berpisah dari Al-Mourabitoun lalu membentuk ISGS
Jauh sebelum era Islamic State of Greater Sahara (ISGS), Adnan Abu Walid al-Sahrawi terlebih dahulu bergabung dengan kelompok jihad dari Mali, yaitu Movement for Unity and Jihad in West Africa (MUJAO).
Di MUJAO Sahrawi aktif sebagai juru bicara, hingga akhirnya MUJAO bergabung dengan kelompok Al-Mulathamun membentuk Al-Mourabitoun pada 2013.
Sahrawi diketahui menjadi co-founder kelompok teroris Al-Mourabitoun bersama Moktar Belmokhtar. Saat itu, Al-Mourabitoun melanjutkan kesetiannya kepada al-Qaeda in the Islamic Maghreb (AQIM).
Memasuki 2015, calon pemimpin ISIS cabang Afrika Barat ini memutuskan untuk menarik kesetian Al-Mourabitoun dari Al Qaeda dan beralih kepada ISIS pimpinan Abu Bakr al-Baghdadi.
Namun, aksi ini ditolak mentah-mentah oleh Moktar Belmokhtar selaku salah satu pendiri Al-Mourabitoun, karena menurutnya kesetiaan kepada Al Qaeda tidak akan pernah tergantikan.
Penolakan tersebut menyebabkan Sahrawi keluar dari Al-Mourabitoun dan mendirikan ISGS di tahun yang sama. Sejak berbaiat kepada ISIS, Sahrawi bersama ISGS mulai bergerak secara independen di Afrika Barat dan menjadi satu-satunya perwakilan resmi ISIS di wilayah tersebut.