Kedua belah pihak, baik itu kelompok Taliban dan pemerintahan Afghanistan mengirimkan delegasi mereka. Taliban mengirim 10 perwakilan delegasi dan pihak pemerintahan Afghanistan mengirim 12 orang perwakilan delegasi.
Satu-satunya perempuan yang ikut dikirim dalam pembicaraan perdamaian itu adalah dari pemerintahan Afghanistan yang bernama Habiba Sarabi. Melansir dari laman The Guardian, Habiba Sarabi, seorang aktivis dan politisi menyatakan optimis bisa berkontribusi terhadap proses perdamaian.
Habibi menyerukan gencatan senjata kepada rekan pria yang berada dalam pertemuan pembicaraan perdamaian tersebut. Selain itu, aktivis hak asasi manusia tersebut juga menegaskan “lima puluh satu persen orang tidak boleh diabaikan.”
Dalam pertemuan itu, delegasi Taliban juga menginginkan Amerika Serikat dan NATO menepati janjinya untuk menarik pasukan pada 1 Mei 2021. Jika janji itu tidak ditepati, mereka mengancam akan ada reaksi dari kelompok pemberontak. Tidak ada rincian "reaksi" apa yang disebutkan.
Delegasi dari Taliban yang bernama Suhai Shaheen, melansir dari laman Associated PRess menagtakan "mereka harus pergi. Setelah itu (1 Mei) akan menjadi semacam pelanggaran kesepakatan (jika tidak ditepati). Pelanggaran itu tidak dari pihak kami. Pelanggaran (dari) mereka akan mendapat reaksi."
Shaheen juga menjelaskan bahwa pihak Thaliban berharap bahwa "reaksi" yang dimaksud tidak akan terjadi. "Mereka mundur dan kami fokus pada penyelesaian, penyelesaian damai masalah Afghanistan, untuk mewujudkan gencatan senjata permanen dan komprehensif di akhir pencapaian peta jalan politik (untuk) Afghanistan,” jelas delegasi Taliban tersebut.