Para singa yang terluka, harus dibius satu persatu untuk diperiksa oleh dokter hewan. Beberapa singa yang terlalu menghirup banyak asap kebakaran, paru-parunya rusak parah.
30 singa yang tidak bisa disembuhkan, dieuthanasia dan dikremasi sehingga tulang belulangnya jadi abu. SPCA ingin memastikan bahwa tidak akan ada seorang pun yang bakal mendapatkan keuntungan dari kematian para singa.
Selama pemeriksaan, pengobatan dan proses euthanasia, pemilik penangkaran sama sekali tidak mau repot untuk hadir melihatnya.
Dilansir dari The South African, pemiliknya "tertawa ketika dia diberi peringatan, dan kami tidak melihatnya lagi. Kami mengeluarkan beberapa peringatan karena kekurangan air dan tempat berlindung saat kami melakukan inspeksi harian di peternakan. Pemilik menolak untuk mematuhi salah satu peringatan kami. Dia menolak mengeluarkan uang untuk singa-singa ini."
Reniet Meyer mengatakan bahwa SPCA akan terus memantau singa-singa tersebut hingga sidang pengadilan, dan mengambil tindakan hukum jika kekejaman berlanjut.
Legalitas penangkaran singa di Afrika Selatan telah sering mendapatkan kritik. Insiden kali ini kembali mempertanyakan aturan tersebut.
Meyer mengatakan "kami mengembangkan industri, legal atau ilegal, yang menyalahgunakan hewan untuk hiburan seperti berburu, perdagangan tulang, perburuan liar, sirkus, atau memelihara mereka di kebun binatang atau sebagai hewan peliharaan. Ini harus dihentikan."
Singa liar di Afrika Selatan saat ini diperkirakan hanya sekitar 3.500 ekor. Jumlah tersebut jauh lebih sedikit dibanding yang ada di sekitar 250 penangkaran di seluruh negeri.