Partai-partai oposisi utama, kelompok sipil, dan pemberontak bersenjata telah meminta para pemilih untuk memboikot tindakan yang dilakukan pemerintah.
Oposisi secara khusus mengeluh tentang kurangnya daftar pemilih terbaru dan mengatakan lembaga-lembaga yang bertugas menjamin pemungutan suara yang bebas, adil dan independen.
Di ibu kota Bangui, ada sekitar 2 ribu hingga 3 ribu pendukung yang muncul pada Jumat (28/7/2023) untuk pertemuan terakhir guna menggalang dukungan lebih lanjut untuk proposal tersebut.
Tetapi para pengamat mengatakan jika pemungutan suara itu mungkin tidak menimbulkan banyak minat di kalangan masyarakat umum.
"Mayoritas penduduk Republik Afrika Tengah yang berjuang untuk bertahan hidup dalam konteks ekonomi dan keamanan yang sulit tidak diragukan lagi memiliki prioritas lain selain referendum ini yang memobilisasi sedikit orang di luar mereka yang dekat dengan mereka yang berkuasa," kata Charles Bouessel selaku analis krisis internasional, dikutip dari WION.