Ilustrasi vaksin COVID-19. (Unsplash.com/Spencer Davis)
Dilansir DW, Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam pengumumannya menyampaikan bahwa langkah ini diputuskan untuk membantu meningkatkan akses vaksin di seluruh benua Afrika, di mana kasus dan kematian meningkat hampir 40 persen selama seminggu terakhir,
"Hari ini saya dengan senang hati mengumumkan bahwa WHO sedang berdiskusi dengan konsorsium perusahaan dan institusi untuk membangun pusat transfer teknologi di Afrika Selatan. Konsorsium tersebut melibatkan perusahaan Afrigen Biologics & Vaccines, yang akan bertindak sebagai hub baik dengan memproduksi vaksin mRNA itu sendiri maupun dengan memberikan pelatihan kepada produsen Biovac," kata pemimpin WHO.
Dilansi NDTV, Ramaphosa dalam pengumuman virtual WHO tersebut, dia mengatakan.
“Kemampuan untuk memproduksi vaksin, obat-obatan, dan komoditas terkait kesehatan lainnya akan membantu menempatkan Afrika di jalur penentuan nasib sendiri. Sudah ditunjukkan sekarang bahwa kita tidak bisa terus bergantung pada vaksin yang dibuat di luar Afrika karena vaksin itu tidak pernah datang. Mereka tidak pernah tiba tepat waktu dan orang-orang terus meninggal."
Namun, vaksin baru akan bisa diproduksi tahun depan. Kepala ilmuwan WHO, Soumya Swaminathan menyampaikan bahwa perlu sembilan hingga 12 bulan sebelum vaksin COVID-19 dapat diproduksi di Afrika Selatan menggunakan proses yang teruji dan disetujui.
Presiden Prancis Emmanuel Macron merupakan salah satu pemimpin yang mendukung transfer teknologi vaksin, yang disampaikannya dalam kunjungan ke Afrika Selatan bulan lalu, dia ingin negara-negara miskin mulai membuat vaksin COVID-19 mereka sendiri.