New York, IDN Times - Indonesia menegaskan, penggunaan akal imitasi (AI) harus selalu menempatkan manusia sebagai pengendali utama. Hal ini disampaikan Menteri Luar Negeri RI, Sugiono, dalam debat terbuka tingkat tinggi Dewan Keamanan PBB tentang AI dan perdamaian internasional yang digelar di New York.
Pertemuan tersebut diinisiasi oleh Korea Selatan selaku Presiden DK PBB bulan ini, dan terbuka bagi seluruh negara anggota. Fokus pembahasan adalah dampak transformatif AI, terutama di sektor militer, yang bisa menjadi peluang sekaligus ancaman bagi stabilitas global.
Sugiono menegaskan, meski AI mampu mendukung misi kemanusiaan dan operasi perdamaian, penggunaannya yang tidak terkendali dapat memicu perlombaan senjata dan merusak stabilitas kawasan. Dia juga menyoroti bahaya nyata integrasi AI dalam sistem kendali senjata nuklir.
"Keputusan untuk menggunakan kekuatan militer tidak boleh pernah didelegasikan kepada algoritma. Manusia harus tetap memegang kendali," ujar Sugiono di hadapan Dewan Keamanan PBB, Kamis (26/9/2025).