Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Wali Kota New York Terpilih, Zohran Mamdani
Wali Kota New York Terpilih, Zohran Mamdani (Karamccurdy, CC BY-SA 4.0 <https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0>, via Wikimedia Commons)

Intinya sih...

  • Ketegangan antara Trump dan Mamdani meningkat selama kampanye

  • Mamdani mencetak sejarah sebagai wali kota pertama dengan lebih dari satu juta suara

  • Pertemuan akan membahas dana federal, kebijakan imigrasi, dan dampak ekonomi bagi warga berpenghasilan rendah

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyatakan akan bertemu Wali Kota New York terpilih, Zohran Mamdani, di Gedung Putih pada Jumat (21/11/2025). Pertemuan ini akan menjadi interaksi resmi pertama antara Trump dan politisi berhaluan sosialis-demokratis itu sejak Mamdani memenangkan pemilihan wali kota awal bulan ini.

Keduanya selama ini dikenal saling mengkritik secara terbuka, mulai dari isu imigrasi hingga pendanaan federal. Trump sebelumnya mendukung pesaing Mamdani, Andrew Cuomo, dan berulang kali menyerang Mamdani di kampanye.

Meski demikian, Mamdani memastikan timnya telah menghubungi Gedung Putih untuk mengatur pertemuan tersebut. Ia menilai pertemuan dengan presiden merupakan prosedur umum bagi pemerintahan kota yang akan segera menjabat.

“Sebagaimana lazimnya bagi pemerintahan wali kota terpilih, Wali Kota terpilih berencana bertemu Presiden di Washington untuk membahas keamanan publik, keamanan ekonomi, dan agenda keterjangkauan yang dipilih oleh lebih dari satu juta warga New York dua pekan lalu,” ujar juru bicara Mamdani, Dora Pekec, dilansir dari France24, Kamis (20/11/2025).

1. Latar belakang ketegangan Trump–Mamdani

Calon Wali Kota New York, Zohran Mamdani. (Bingjiefu He, CC BY-SA 4.0, via Wikimedia Commons)

Ketegangan antara keduanya meningkat tajam selama masa kampanye. Trump sempat mengancam akan menahan miliaran dolar dana federal jika Mamdani terpilih, meskipun pemerintah pusat saat ini mengalokasikan sekitar 7,4 miliar dolar AS untuk kota tersebut pada tahun fiskal 2026.

Sejak naiknya popularitas Mamdani, Trump kerap melabelinya secara salah sebagai komunis dan menggunakan retorika yang menyerang latar belakang identitasnya. Dalam sebuah acara, Trump bahkan mengatakan, “Mandami, siapapun namanya,”—sebuah penyebutan yang keliru dan dianggap sengaja merendahkan.

Mamdani menjadikan penolakan terhadap kebijakan Trump, khususnya terkait imigrasi, sebagai inti kampanyenya. Dia menegaskan bahwa kebijakan federal telah memperburuk krisis keterjangkauan di kota berpenduduk lebih dari 8 juta orang itu.

Kritik terbuka terhadap Trump juga disampaikan Mamdani dalam pidato kemenangannya. “Donald Trump, karena saya tahu Anda sedang menonton, saya punya empat kata untuk Anda—naikkan volumenya!” katanya disambut sorakan para pendukung.

2. Kemenangan Mamdani di Kota New York

ilustrasi kota New York City, Amerika Serikat (pexels.com/Ibrahim Boran)

Mamdani mencetak sejarah sebagai kandidat pertama sejak 1969 yang meraih lebih dari satu juta suara dalam pemilihan wali kota New York. Ia berkampanye berdasarkan janji-janji progresif, mulai dari penyediaan perumahan dan penitipan anak terjangkau hingga bus gratis dan program percontohan toko bahan pangan yang dikelola kota.

Politisi kelahiran Uganda berkewarganegaraan AS itu kerap menyoroti kesenjangan antara kebanggaan Trump atas lonjakan Wall Street dan realitas krisis biaya hidup yang dialami warga.

Kemenangan Mamdani dianggap sebagai sinyal perubahan politik di New York, terutama di tengah tekanan harga hunian dan layanan publik.

Ia dijadwalkan dilantik sebagai Wali Kota New York pada 1 Januari.

3. Bahas isu-isu yang menjadi perhatian warga New York

ilustrasi kota New York, Amerika Serikat (pexels.com/James Kampeis)

Gedung Putih telah mengonfirmasi bahwa Trump mengetahui pidato kemenangan Mamdani dan menonton cuplikan tersebut. Pertemuan mendatang dinilai akan menjadi indikator awal hubungan antara pemerintah federal dan pemerintahan kota yang baru.

Dalam pertemuan itu, Mamdani diperkirakan menyoroti dana federal, kebijakan imigrasi, serta dampak ekonomi bagi warga berpenghasilan rendah—tiga isu yang menjadi fokus kampanyenya.

Sementara itu, Trump berkepentingan menjaga stabilitas kota terbesar di AS sekaligus menekan kritik terhadap agenda nasionalnya, terutama setelah ketegangan panjang dengan Mamdani selama kampanye.

Kedua pihak belum merinci agenda lengkap pertemuan tersebut. Namun, langkah Mamdani mendatangi Gedung Putih menandai awal transisi formal menuju masa jabatannya sebagai wali kota.

Editorial Team