Akibat Perang, Puluhan Ribu Turis Ukraina-Rusia Terdampar di Sri Lanka

Jakarta, IDN Times - Sri Lanka, salah satu negara di Samudera Hindia yang mengandalkan ekonomi dari sektor pariwisata, adalah salah satu destinasi favorit para turis Eropa. Tak terkecuali orang-orang dari Ukraina dan Rusia.
Para turis Ukraina dan Rusia, yang berlibur sebelum perang terjadi, kini mereka terjebak di negara tersebut. Jumlah turis tersebut diperkirakan mencapai sekitar 20 ribu orang.
Sejak invasi Rusia ke Ukraina pada 24 Februari, kekacauan terjadi di dua negara tersebut. Lebih dari 4 juta penduduk Ukraina mengungsi ke luar negeri dan lebih banyak lagi jadi pengungsi internal.
Di Rusia kondisi tak lebih baik. Hampir seluruh maskapai penerbangan berhenti melayani penerbangan ke Moskow, membuat ribuan turis terdampar di negara di mana mereka berlibur. Sistem pembayaran bank Rusia yang terkena sanksi juga membuat turis Rusia kesulitan keuangan.
1. Turis Ukraina merasa aman dibantu oleh warga lokal
Dua hari setelah Rusia menginvasi Ukraina, Kementerian Pariwisata Sri Lanka memberikan konfirmasi bahwa sekitar 5 ribu turis Ukraina berada di negaranya. Sebagian besar dari mereka visanya akan kedaluwarsa dalam waktu 30 hari.
Dalam pantauan South Asian Monitor, otoritas Sri Lanka telah mengisyaratkan bahwa visa para turis itu akan diperpanjang. Selain itu, agen perjalanan juga diperintahkan untuk memfasilitasi mereka tinggal di negara tersebut.
Beberapa upaya dilakukan untuk memberikan penerbangan pemulangan. Tidak adanya penerbangan langsung ke ibu kota Kiev karena perang, alhasil pemerintah Sri Lanka saat itu mengatakan akan memfasilitasi perjalanan lewat negara ketiga.
Kendati begitu, masih ada ribuan turis Ukraina yang benar-benar terdampar di Sri Lanka.
Viktoria Makarenko, salah satu turis dari Ukraina yang datang ke Sri Lanka bersama putri dan suaminya, telah kehabisan uang tunai. Namun dia mengaku telah dibantu masyarakat lokal.
"Saya mencintai orang-orang Sri Lanka dan (negara) Sri Lanka. Semua orang ingin membantu kami," ujarnya, dikutip dari RFI.
Pemilik hotel membiarkan mereka tetap tinggal, menyediakan makanan, dan tetap menjaga mereka dengan aman.