Ilustrasi tentara. (Pexels.com/Pixabay)
Melansir dari France 24, ATMIS yang membantu pasukan Somalia mengambil tanggung jawab keamanan utama terdiri dari pasukan dari Burundi, Djibouti, Ethiopia, Kenya, dan Uganda. Pasukan perdamaian ini direncanakan untuk mengurangi tingkat staf dari hampir 20 ribu tentara, polisi, dan warga sipil menjadi nol pada akhir 2024.
Somalia telah dilanda konflik saudara sejak 1991 dan harus melawan Al-Shabab sejak tiba di Somalia pada akhir 2007. Al-Shabab menguasai ibu kota Mogadishu hingga 2011, sebelum berhasil diusir oleh pasukan UA. Tapi, kelompok tersebut masih menguasai wilayah di pedesaan dan sering melancarkan serangan, termasuk ke warga sipil.
Beberapa serangan Al-Shabab yang pernah dilakukan terhadap pasukan perdamaian adalah serangan pada Oktober 2011, yang diklaim kelompok teroris itu berhasil membunuh 70 tentara Burundi dalam pertempuran. Dalam suatu pertempuran pada 2015, 50 pasukan perdamaian dilaporkan tewas dalam serangan Al-Shabab ke sebuah pangkalan militer di Mogadishu.
Saat ini, Somalia sedang berusaha melaksanakan pemilihan presiden yang lama tertunda. Pemilu yang ditunda akibat perebutan kekuasaan yang sengit antara presiden dan perdana menteri dikhawatirkan akan semakin memperburuk tindakan melawan Al-Shabab dan kekeringan yang meluas yang menyebabkan jutaan orang kelaparan.