Dikutip dari The Economist, proporsi warga Jepang yang tak menikah hingga usia 50 tahun meningkat dari lima persen pada 1970 menjadi 16 persen pada 2010. Bukan hanya karena perempuan semakin berpendidikan tinggi dan memilih mengejar karir untuk memenuhi kebutuhan finansial sendiri, tapi alasan lainnya adalah karena ekspektasi masyarakat terkait sebuah pernikahan.
Mayoritas warga Jepang (86 persen laki-laki dan 89 persen perempuan) masih ingin menikah. Hanya saja mereka mengaku sulit melakukannya. Pasalnya, dalam pandangan tradisional, meski perempuan bekerja penuh waktu, mereka tetap dituntut bisa mengerjakan tugas rumah tangga, termasuk mengurus anak.
Tak jarang juga laki-laki meminta perempuan untuk berhenti bekerja agar bisa sepenuhnya mengurus semua kebutuhan rumah tangga. Padahal, persoalan finansial juga perlu dipikirkan, terutama bila seorang laki-laki tidak bisa memenuhi semua keperluan.