Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi personel militer. (instagram.com/german.armed.forces)
Ilustrasi personel militer. (instagram.com/german.armed.forces)

Mekele, IDN Times - Konflik antara pemerintah federal Ethiopia dengan pemerintah regional Tigray hingga saat ini belum selesai. Meskipun operasi militer telah surut secara signifikan sejak akhir November tahun lalu karena ibukota Mekele di Tigray telah ditaklukkan, tetapi pasukan TPLF (Tigrayan People's Liberation Front) belum menyerah.

Pada minggu-minggu awal sejak Ethiopian National Defense Forces (ENDF) melakukan operasi militer di Tigray, Ethiopia dicurigai bekerja sama dengan Eritrea dalam menggempur pasukan Tigrayan. Namun PM Abiy Ahmed selalu membantah. Begitu pun pihak Eritrea, mereka selalu mengelak dari tuduhan tersebut.

Kini pihak Amnesty International mengeluarkan laporan yang menunjukkan bahwa ada kemungkinan besar pasukan Eritrea melakukan pembantaian terhadap warga Tigray. Pembantaian itu terjadi di kota Axum, sebuah kota sakral yang berjarak sekitar 187 kilometer utara ibukota Mekele.

1. Pasukan Eritrea melakukan pembunuhan dan penjarahan secara meluas

Pada tanggal 26 Februari 2021, Amnesty International, lembaga non-pemerintah yang fokus terhadap hak-hak asasi manusia, menurunkan laporan tentang keterlibatan personel militer Eritrea dalam konflik di Tigray. Lembaga tersebut mengumpulkan informasi dari setidaknya 41 orang saksi yang selamat dari kekejaman pasukan Eritrea.

Dalam laporannya, Amnesty International menyebut terjadi pembantaian pada tanggal 28-30 November 2020. Pembantaian terjadi di kota Axum di wilayah Tigray. Pasukan Eritrea membunuh ratusan warga sipil tak bersenjata secara sistematis.

Pasukan Eritrea melakukan penggerebekan ke rumah-rumah penduduk Tigray di Axum dan melepaskan tembakan di jalanan. Selain itu, mereka juga melakukan penjarahan secara meluas, melakukan eksekusi di luar hukum dan melepaskan tembakan tanpa pandang bulu.

Deprose Muchena, direktur Amnesty International untuk Afrika Timur dan Selatan mengatakan, "Buktinya sangat meyakinkan dan menunjukkan kesimpulan yang mengerikan. Pasukan Ethiopia dan Eritrea melakukan berbagai kejahatan perang untuk menguasai Axum," jelasnya.

2. Para saksi memperkuat dugaan keterlibatan pasukan Eritrea

Editorial Team

EditorPri Saja

Tonton lebih seru di