TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Gagal Tangani Pelecehan Seksual di Gereja, Uskup Jerman Undurkan Diri 

Uskup dituduh lebih memihak pelaku

Ilustrasi gereja Katolik. (Unsplash.com/Virgil Cayasa)

Jakarta, IDN Times - Paus Fransiskus, pada Sabtu (25/3/2023), menerima permintaan pengunduran diri seorang uskup di Jerman Franz-Josef Bode Jerman. Pengunduran diri dilakukan karena gagal menangani skandal pelecehan seksual di gereja.

Bode menjadi uskup Jerman pertama yang mengundurkan diri akibat pelecehan. Kegagalan Bode dalam menangani kasus telah membuatnya dikecam dan dituduh memihak pelaku.

Baca Juga: Vatikan Kembalikan Artefak Kuno Berusia 2.500 Tahun ke Yunani

1. Mengaku bertanggung jawab

Bode mengakui bahwa dia telah meremehkan kekesalan yang ditimbulkan, terutama di kalangan staf keuskupan.

"Saya secara tegas mengakui tanggung jawab saya atas kesalahan pribadi saya, dan hanya bisa hari ini meminta maaf kepada semua orang yang bersangkutan. Saya berharap pengunduran diri saya yang telah selesai sebagai uskup juga dapat memberikan efek pembebasan terhadap latar belakang ini," ujar Bode, dilansir DW.

Juru bicara keuskupan mengatakan, Bode telah mengajukan pengunduran dirinya beberapa waktu lalu.

Vatikan tidak memberikan alasan Paus Fransiskus menerima pengunduran diri tersebut. Bode sebelumnya menolak seruan untuk mundur, meskipun mengakui adanya kelalaian dalam kasus-kasus tertentu.

2. Keuskupan gagal menanggapi pelecehan

Ilustrasi pelecehan seksual. (Pexels.com/Anete Lusina)

Komisi gereja pada 2018 merilis laporan pelecehan seksual di dalam gereja Katolik di Jerman, menunjukkan ada 3.677 orang dilecehkan oleh pendeta dari tahun 1946-2014. Lebih dari separuh korban berusia 13 tahun atau lebih muda, sebagian besar adalah laki-laki. Ada sekitar 1.670 pendeta yang terlibat.

Universitas Osnabruck, dalam laporan tahun lalu atas studi selama tiga tahun tentang pelecehan terhadap anak di bawah umur dan orang dewasa rentan, menemukan keuskupan menangani kasus pelecehan dengan cara birokratis dan meremehkan.

Keuskupan hingga tahun 2000 melanggar kewajiban untuk mengambil tindakan yang tepat untuk mencegah kejahatan yang lebih serius.

Laporan tersebut mengatakan, baru-baru ini ada perbaikan dengan para pendeta yang melanggar dicopot dari jabatan, tapi ada yang hanya dipindahkan.

"Tersangka yang sangat bersalah dibebaskan dari tugas mereka, tetapi terus dipekerjakan di paroki, misalnya, di mana mereka berhubungan dengan putra altar atau melakukan karya pastoral remaja," kata laporan itu.

Laporan juga menemukan bahwa tidak ada kompensasi finansial untuk penderitaan yang disebabkan dalam kasus yang lebih lama terjadi. Studi mengidentifikasi 70 pendeta melakukan pelanggaran di keuskupan tersebut sejak 1945.

Pada Desember, dewan korban menghubungi Vatikan dan mengajukan pengaduan terhadap Bode, mengatakan bahwa sikap uskup itu masih lebih berorientasi pada pelaku daripada berorientasi pada korban. Dewan korban juga menuduh Bode menyatakan kasus kekerasan seksual terhadap anak di bawah umur merupakan kejadian baru-baru ini.

Baca Juga: Setelah 160 Tahun, Vatikan Akhirnya Tahbiskan Uskup Asli Orang Papua 

Verified Writer

Ifan Wijaya

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya