Di Tengah Pandemik, Jokowi Usul Penerbangan Antar Negara ASEAN Dibuka
Usulan itu disampaikan saat KTT ke-36 ASEAN
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Presiden Joko "Jokowi" Widodo pada puncak KTT ke-36 ASEAN, Jumat (26/6) sempat mengusulkan agar penerbangan antar negara anggota di kawasan Asia Tenggara kembali dibuka. Usulan itu disampaikan di tengah kenyataan Indonesia kini menjadi negara dengan tingkat paling tinggi penyebaran COVID-19.
Mantan Gubernur DKI Jakarta itu menggaris bawahi dengan meningkatkan konektivitas di kawasan Asia Tenggara menjadi salah satu kunci untuk pemulihan ekonomi.
"Saya menyadari beberapa negara, termasuk Indonesia telah memulai pembicaraan dengan sesama negara anggota ASEAN atau negara lainnya mengenai koridor perjalanan. Bagaimanapun, ini memang saatnya bagi masyarakat untuk mulai memikirkan sebuah koridor perjalanan bagi ASEAN," ungkap Jokowi di pertemuan kemarin.
Ia mengakui untuk memulai proses itu tidak bisa gegabah. Tetapi dapat dimulai secara perlahan-lahan.
"Pengaturan koridor perjalanan harus dilakukan secara hati-hati dan perlahan. Bisa dimulai dari perjalanan bagi para pengusaha dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat," kata dia lagi.
Lalu, apa tanggapan dari negara anggota ASEAN lainnya terhadap usulan ini?
Baca Juga: RI Catat Tingkat Kematian Tertinggi di ASEAN, Capai 9,1 Persen
1. Malaysia setuju untuk membuka penerbangan dengan negara-negara yang memiliki kasus COVID-19 rendah
Sementara, usulan untuk membuat koridor perjalanan disetujui oleh Malaysia. Laman Nation Thailand, Sabtu (27/6) melaporkan negeri Jiran bersedia untuk membuka pintu bagi dua negara atau lebih. Dengan catatan negara itu tidak memiliki banyak kasus COVID-19 dan transmisi kasusnya rendah.
Proposal yang disebut Malaysia sebagai "green bubble" itu sudah diajukan kepada Pemerintah Tiongkok, Singapura dan Brunei. Bahkan, Perdana Menteri Muhyiddin Yassin mengatakan akan mempercepat proses tersebut dengan menyebutnya "fast lane."
"Memungkinkan dalam waktu dekat kita dapat membuka perbatasan antar negara ASEAN untuk meningkatkan pariwisata dan mendorong kembali sektor ekonomi bagi negara kita," kata PM Muhyiddin kemarin dan dikutip laman New Strait Times (NST).
Ia kemudian memaparkan ASEAN mulai bisa mengurangi batasan dalam perjalanan antar negara khusus bagi orang-orang tertentu. Misalnya turis yang melakukan perjalanan dengan nilai ekonomi tinggi atau pelancong yang ingin berobat.
Ia mengatakan menyetujui usulan itu karena perekonomian di hampir semua negara Asia Tenggara porak-poranda akibat krisis kesehatan masyarakat ini. Sehingga mendorong perekonomian di kawasan sudah sepatutnya menjadi prioritas utama.
"Dengan begitu ketahanan rantai pasokan dan perdagangan bisa kembali normal," ujarnya lagi.
Selain Malaysia, pemimpin ASEAN lainnya yang setuju adalah Sultan Brunei, Hassanal Bolkiah. Namun, kedua negara itu berhasil mengendalikan pandemik COVID-19. Kondisi di dua negara itu berbeda jauh dengan situasi di Indonesia saat ini.
Baca Juga: Di KTT ASEAN, Jokowi Sebut Situasi Dunia Semakin Berat Akibat Pandemik