Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi demo di Iran (pexels.com/Sima Ghaffarzadeh)
ilustrasi demo di Iran (pexels.com/Sima Ghaffarzadeh)

Jakarta, IDN Times - Demonstrasi melanda sejumlah kota di Iran setelah ratusan siswi di berbagai penjuru negeri diduga keracunan.

Di Teheran Barat, unjuk rasa yang dilakukan oleh para orang tua di luar gedung Kementerian Pendidikan pada Sabtu (4/3/2023) berubah menjadi demonstrasi anti-pemerintah, menurut sebuah video yang diverifikasi oleh Reuters.

"Basij, Pengawal, kalian adalah Daesh kami," teriak pengunjuk rasa yang menyamakan Pengawal Revolusi dan pasukan keamanan lainnya dengan kelompok militan Islamic State Iraq and Syria (ISIS).

Protes serupa juga diadakan di Isfahan dan Rasht.

Melansir ABC News, keracunan massal terjadi di lebih dari 30 sekolah yang tersebar di 10 provinsi di Iran sejak beberapa bulan terakhir. Unggahan di media sosial memperlihatkan para siswi yang dibawa kerumah sakit dengan ambulans atau bus, sementara anak-anak lainnya dibawa pulang oleh orang tua mereka.

Dalam unggahan lainnya, gadis-gadis tersebut terlihat sedang dirawat lantaran mengalami gejala mual, sakit kepala, dan jantung berdebar-debar.

1. Politisi menduga para siswi jadi sasaran kelompok Islam garis keras

Gelombang aksi muncul setelah pemerintah mengatakan, pada Sabtu, bahwa para penyelidik menemukan sampel yang mencurigakan dalam insiden tersebut.

"Dalam studi lapangan, telah ditemukan sampel yang mencurigakan, yang sedang diselidiki, untuk mengidentifikasi penyebab penyakit para murid. Hasilnya akan dipublikasikan sesegera mungkin," kata Menteri Dalam Negeri, Abdolreza Rahmani Fazli.

Menteri Kesehatan Iran menyebut para korban mengalami gejala serangan racun ringan. Sementara beberapa pejabat lainnya menduga gadis-gadis tersebut menjadi sasaran kelompok Islam garis keras, yang menentang pendidikan pada anak perempuan.

2. PBB minta Iran lakukan penyelidikan yang transparan

Kantor hak asasi manusia PBB di Jenewa, pada Jumat (3/3/2023), menyerukan penyelidikan yang transparan kejadian tersebut. Sejumlah negara, termasuk Jerman dan Amerika Serikat, ikut menyuarakan keprihatinannya.

Namun, Iran menolak desakan tersebut lantaran menganggapnya sebagai reaksi yang tergesa-gesa dan tidak ingin ada campur tangan pihak asing. Teheran lantas mengatakan bahwa mereka sedang menyelidiki penyebab insiden tersebut.

“Ini merupakan salah satu prioritas utama Iran untuk menindaklanjuti secepat mungkin dan memberikan informasi terdokumentasi untuk menyelesaikan kekhawatiran keluarga dan meminta pertanggungjawaban pelaku dan penyebabnya,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri, Nasser Kanaani.

3. Keracunan terjadi usai protes besar-besaran di Iran tahun lalu

Gelombang keracunan massal mulai terjadi setelah protes anti-pemerintah besar-besaran melanda Iran sejak September tahun lalu. Protes ini dipicu oleh kematian Mahsa Amini, perempuan berusia 22 tahun yang meninggal dalam tahanan polisi moral karena mengenakan jilbab yang tidak sesuai aturan di Iran.

Para siswi sekolah ikut mengambil bagian dalam protes tersebut. Mereka melepas jilbab di ruang kelas, merobek foto Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, hingga menyerukan kematiannya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team