Suasana di Mekah saat pandemik COVID-19 masih berlangsung pada bulan Ramadan, di Mesjid Agung di Mekah, Arab Saudi, pada 19 Mei 2020. ANTARA FOTO/Saudi Press Agency/Handout via REUTERS
Berdasarkan data resmi yang dikutip Middle East Eye, dari penyelenggaraan ibadah haji dan umrah, pemerintah Arab Saudi bisa memperoleh sebanyak Rp167 triliun per tahun. Di tengah menurunnya harga minyak dunia dan kebijakan lockdown yang diterapkan untuk memutus laju penyebaran virus corona, penundaan haji dan umrah diprediksi akan berimbas besar terhadap perekonomian Saudi.
Sebelumnya, Pangeran Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman (MBS) berencana melakukan reformasi ekonomi untuk mengurangi ketergantungan terhadap minyak. Salah satunya dengan meningkatkan kapasitas haji dan umrah hingga 30 juta per tahun.
Ini lantaran tak seperti minyak yang fluktuatif, minat orang Islam untuk melakukan ibadah haji maupun umrah tak pernah surut. Jika rencana itu berhasil, harapannya pendapatan dari haji dan umrah akan meningkat sampai Rp185 triliun pada 2030.
Sementara itu, salah satu negara pengirim jemaah haji terbesar di dunia adalah Indonesia. Setelah meminta Arab Saudi segera mengumumkan kepastian penyelenggaraan haji, pada awal Juni ini pemerintah mengaku memilih membatalkan keberangkatan lebih dari 220.000 calon jemaah.
Menteri Agama Fachrul Razi mengatakan keputusan pembatalan itu karena otoritas Arab Saudi tak juga menjelaskan, apakah ibadah haji akan tetap diizinkan. Menurut dia, ini merupakan keputusan sulit yang diambil pemerintah, tetapi harus terjadi demi keselamatan umat Muslim itu sendiri.