Tindakan Amerika Serikat terhadap dua entitas perusahaan Myanmar yang memasukkan mereka ke dalam daftar hitam adalah tindakan yang sejauh ini dianggap akan berdampak paling signifikan. Dua perusahaan tersebut menguasi perdagangan lintas produk dari mulai bir dan rokok hingga telekomunikasi, ban, pertambangan, dan real estate.
Melansir dari laman Straits Times, Antony Blinken, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat mengatakan "dengan menunjuk entitas ini, Amerika Serikat dan Inggris telah menunjukkan bahwa kami akan menindaklanjuti janji pertanggungjawaban atas kudeta dan kekerasan yang menjijikkan dan pelanggaran lainnya yang telah kami lihat dalam beberapa pekan terakhir," katanya.
Dengan memasukkan dua perusahaan tersebut ke dalam daftar hitam, maka pemerintah Amerika Serikat melarang semua transaksi apa pun dengan perusahaan tersebut. Semua perusahaan Amerika Serikat dan warganya dilarang melakukan aktivitas jual beli atau perdagangan dengan MEHL dan MEC.
Militer Myanmar memiliki pengaruh dan dominasi yang kuat dalam ekonomi di negara tersebut. Meski sistem demokrasi telah berjalan selama setidaknya satu dekade sebelum akhirnya mereka kembali lagi melakukan kudeta, tapi militer masih banyak mengendalikan ekonomi.
MEHL sendiri misalnya. Perusahaan itu didirikan pada bulan April 1990 oleh Departemen Pertahanan Myanmar untuk "menyediakan kesejahteraan ekonomi bagi tentara, veteran perang, dan rakyat Burma, serta untuk mendukung pembangunan ekonomi negara." Perusahaan MEHL melambangkan jangkauan dan luasnya dominasi militer atas ekonomi Myanmar.