Pakta Aukus terbentuk setelah AS dan Inggris mengakhiri misi 20 tahunnya di Afghanistan, sebuah keputusan yang menurut Presiden AS Joe Biden memungkinkan Washington untuk lebih fokus menghadapi ancaman dari China dan Rusia.
Menurut Biden, Pakta Aukus merupakan langkah bersejarah lainnya untuk memperdalam dan meresmikan kerja sama di antara tiga negara. Baik AS, Inggris, dan Australia menyadari urgensi perdamaian dan stabilitas di kawasan Indo-Pasifik dalam jangka panjang.
Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson, menyebut tiga negara sebagai sekutu alami walaupun terpisah geografis. Johnson yakin aliansi akan menciptakan kemitraan pertahanan baru dan mendorong lapangan kerja serta kemakmuran.
Beralih ke rencana pembangunan kapal selam Australia, Johnson mengatakan ini akan menjadi salah satu proyek yang paling kompleks di dunia, yang berlangsung selama beberapa dekade dan membutuhkan teknologi paling canggih.
Seorang pejabat senior AS menggambarkan perjanjian itu sebagai keputusan yang akan mengikat Australia dengan Inggris selama beberapa generasi ke depan.
Pihak Australia menegaskan bahwa mereka tidak berniat mengejar senjata nuklir dan berjanji tetap mematuhi Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir (NPT). Tetapi, para kritikus mengatakan, Pakta Aukus secara tidak langsung akan memicu perlombaan senjata.
Pengembangan kapal selam bertenaga nuklir, yang didukung dengan bantuan uranium, akan memakan waktu bertahun-tahun atau mungkin satu dekade.