Haiti telah menderita dan menjadi salah satu negara termiskin di benua Amerika. Selain itu, negara tersebut juga tidak stabil, baik secara keamanan maupun politik.
Presiden Haiti yang bernama Jovenel Moise dibunuh pada bulan Juli lalu, dan telah meningkatkan kekhawatiran akan semakin tidak stabilnya negara tersebut.
Ditambah lagi dengan bencana gempa bumi yang telah merusak dan mematikan, membuat banyak penduduk Haiti putus asa dan mencoba mencari peruntungan agar bisa diterima di AS.
Dilansir dari Associated Press, Claile Bazile, salah satu warga Haiti yang telah sampai di perbatasan AS-Meksiko mengaku ia meninggalkan negaranya setelah gempa bumi tahun 2010. Kini ia dideportasi dan tidak tahu akan tinggal di mana bersama putranya yang berusia dua tahun.
Penduduk Haiti lainnya yang bernama Joseph Derilus, telah meninggalkan negaranya untuk mencari pekerjaan ke Chile. Tapi kemudian dia ingin bisa memasuki AS dan akhirnya terdampar di perbatasan.
Dia termasuk orang yang sudah dideportasi kembali ke Haiti bersama istri dan anaknya yang masih kecil. "Saya tidak punya uang. Semuanya sangat rumit. Tidak ada keamanan di Haiti. Tidak ada apa-apa."
Salah satu faktor lain yang membuat orang Haiti pergi adalah kekerasan antar geng yang brutal. Organisasai Doctor Without Borders menjelaskan "ketidakamanan yang kita lihat hari ini di Port-au-Prince adalah yang terburuk yang telah kita lihat dalam beberapa dekade."
Mereka meminta AS untuk tidak mendeportasi penduduk Haiti dengan alasan kemanusiaan.
Menurut organisasi tersebut, lebih dari separuh pasien di fasilitas kesehatan mereka menderita luka tembak. "Tidak masuk akal mengembalikan migran di luar kehendak mereka ke situasi ketidakpastian dan bahaya ini," katanya.