AS Minta Pasukan Eritrea Segera Tinggalkan Tigray

Tigray, IDN Times - Konflik Tigray masih terus berlanjut dan sekarang perhatian sedang mengarah pada pasukan negara tetangga, yaitu pasukan dari Eritrea yang ikut membantu pasukan Ethiopia bertempur melawan Front Pembebasan Rakyat Tigray (TPLF).
Pasukan Eritrea yang hadir di Tigray telah diminta untuk mundur oleh AS. Kehadiran mereka di Tigray dianggap telah menambah masalah karena dituduh telah melakukan berbagai pelanggaran kemanusiaan.
1. Pasukan Eritrea bertindak sewenang-wenang
Melansir dari Associated Press, AS telah menyerukan agar semua tentara dari Eritrea di wilayah Tigray untuk segera kembali ke negara mereka. Pada Selasa, 26 Januari, seorang juru bicara Departemen Luar Negeri dalam sebuah email yang dikirim ke Associated Press, menyampaikan, "laporan yang kredibel tentang penjarahan, kekerasan seksual, penyerangan di kamp pengungsian dan pelanggaran hak asasi manusia lainnya. Ada juga bukti tentara Eritrea secara paksa mengembalikan pengungsi dari Tigray ke Eritrea."
Para warga Eritrea yang mengungsi di Tigray diperkirakan mencapai 100.000 orang mereka kabur ke Ethiopia setelah adanya penindasan bermotif politik dan wajib militer yang tidak disukai warga. Saat Eritrea telah dituduh secara paksa membawa warganya untuk pulang.
Pernyataan AS tentu berbeda dengan saat awal konflik Tigray, ketika pemerintahan Trump memuji Eritrea karena "pengekangannya". AS juga menyerukan adanya peneyelidikan yang transparan mengenai adanya pasukan Eritrea di Tigray. Belum ada keterangan apakah permintaan AS ini langsung ditujukan kepada pemerintah Eritrea dan pihak pemerintah Ethiopia juga belum menanggapi permintaan AS.
Warga yang meninggalkan Tigray menyampaikan bahwa pasukan Eritrea telah melakukan penjarahan, pergi dari rumah ke rumah membunuh pemuda dan bahkan bertindak layaknya petugas berwenang di Ethiopia. Diperkirakan ada ribuan tentara di Tigray yang ikut membantu pasukan Ethiopia melawan TPLF.
Rumor buruk mengenai Eritrea ditepis oleh Menteri Informasi Eritrea, melalui tweet ia menyampaikan, "kampanye pencemaran nama baik terhadap Eritrea sedang meningkat lagi.