Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi perwira Militer Amerika Serikat bersama pasukan militer Jerman. (twitter.com/sakaltimes)
Ilustrasi perwira Militer Amerika Serikat bersama pasukan militer Jerman. (twitter.com/sakaltimes)

Jakarta, IDN Times - Amerika Serikat melakukan mobilisasi 800 tentara dan alat perang lainnya ke wilayah Baltik. Tak cuma itu, militer AS, menurut sumber anonim dari dalam pemerintahan, memindahkan pula delapan jet tempur F-35 ke sejumlah kawasan Eropa Timur serta mengirim 32 helikopter Apache AH-64 ke Baltik dan Polandia.

Sumber anonim yang merupakan pejabat senior pertahanan AS tersebut menyatakan kalau tindakan ini diambil demi mencegah ancaman agresi ke negara-negara anggota NATO.

Memang, AS tak bisa mengirim pasukan langsung ke Ukraina. Sebab, Ukraina bukan anggota NATO. Dengan fakta itu, AS tak memiliki kewajiban melindungi Ukraina dari Rusia.

"Personel tambahan ini diposisikan ulang untuk meyakinkan sekutu kami, NATO, untuk mencegah ancaman agresi terhadap negara-negara anggota, dan berlatih dengan pasukan negara tuan rumah," kata pejabat senior pertahanan AS.

1. AS mau cegah perang

Menteri Pertahanan AS, Lloyd Austin, bersama Presiden AS, Joe Biden. twitter.com/LloydAustin

Menteri Pertahanan AS, Lloyd Austin, menyatakan pihak Washington akan bekerja sama untuk menemukan segala cara demi mencegah konflik. Pernyataan itu disampaikan Austin kepada Menteri Luar Negeri Ukraina, Dmytro Kuleba, yang sedang mengunjungi Pentagon dalam upaya diplomasi.

Austin juga mengapresiasi Ukraina yang menyikapi provokasi Rusia secara proporsional dan terukur. Austin menuturkan, belum ada kata terlambat bagi Presiden Rusia, Vladimir Putin, untuk menghindari pendekatan militer, dikutip AFP.

"Hari ini, diplomasi berarti juga pertahanan. Pesan saya sederhana, Ukraina yang kuat adalah pencegahan terbaik dari Rusia," kata Kuleba.

2. AS telah menjatuhkan sanksi kepada Rusia

Presiden Amerika Serikat Joe Biden saat menandatangani perintah eksekutif pada Minggu (7/2/2021). (Facebook.com/President Joe Biden)

Selain redistribusi pasukan militer, AS juga telah menjatuhkan sanksi kepada Rusia. AS menargetkan utang negara dan dua lembaga keuangan besar Rusia, termasuk bank militer negara itu.

"Kami telah memutus akses pemerintah Rusia dari pembiayaan Barat. Mereka tidak dapat mengumpulkan uang lagi dari Barat. Pun, Rusia tidak dapat memperdagangkan utang barunya di pasar kami atau Eropa," ujar Presiden AS, Joe Biden.

Kemarin, Biden mengaku sedang menyiapkan sanksi yang akan membatasi bisnis perusahaan AS dengan Donetsk dan Luhansk. Tetapi, pada akhirnya paket sanksi yang diumumkan turut menyasar institusi Rusia. 

"Kami juga akan menjatuhkan sanksi pada elite Rusia dan anggota keluarganya. Mereka berbagi keuntungan korup dari kebijakan Kremlin dan harus berbagi rasa sakit juga," kata Biden.

3. Ukraina ancam putus hubungan diplomatik dengan Rusia

Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy. twitter.com/ZelenskyyUa

Sementara itu, Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, sedang mempertimbangkan untuk memutus hubungan diplomatik dengan Rusia. Ancaman itu disampaikan sebagai respons Kiev terhadap kebijakan Putin yang mengakui kemerdekaan Donetsk dan Luhansk di Ukraina Timur.

Saat ini, kata Zelenskyy, Kementerian Luar Negeri Ukraina sedang mengkaji pertimbangan tersebut. Kiev telah memanggil diplomat senior Ukraina dari Moskow untuk berkonsultasi.

"Saya telah menerima permintaan dari Kementerian Luar Negeri. Saya akan mempertimbangkan masalah pemutusan hubungan diplomatik antara Ukraina dan Federasi Rusia," kata Zelenskyy pada Selasa (22/2/2022) waktu setempat.

Editorial Team