Bendera Rusia. (Pixabay.com/betexion)
Peter Harrell, mantan direktur senior ekonomi internasional Gedung Putih pada 2021-2022, menggambarkan sanksi terbaru ini sebagai pergeseran paradigma. Sebabnya, sanksi memaparkan bank-bank asing pada ancaman terputusnya sistem keuangan AS jika berurusan dengan bank-bank besar Rusia yang disanksi.
"Untuk pertama kalinya, AS beralih ke sesuatu yang terlihat seperti upaya untuk menerapkan embargo keuangan global terhadap Rusia,” kata Harrell.
“Pesan di sini benar-benar ditujukan kepada bank-bank di China, Turki, UEA, dan negara-negara lain di luar G7, mereka menghadapi sanksi karena terus melakukan transaksi dengan bank-bank besar Rusia dan bank-bank Rusia lainnya yang terkena sanksi,” katanya, seraya menambahkan tindakan tersebut kemungkinan akan memicu kemunduran besar-besaran bank-bank Rusia.
“Kemunduran finansial tersebut, pada gilirannya, mungkin akan mempersulit aliran barang dari negara-negara yang terus melakukan perdagangan dengan Rusia," tambah dia.
Sanksi ini muncul ketika Presiden AS Joe Biden pergi ke Italia untuk menghadiri pertemuan puncak para pemimpin dari negara Kelompok Tujuh (G7). Salah satu prioritas G7 adalah adalah meningkatkan dukungan untuk Ukraina dan menghentikan perang di negara itu.