Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Kabinet Taliban: Perdana Menteri Afghanistan Mohammad Hasan Akhund (tengah), Deputi Perdana Menteri Abdul Ghani Baradar (kanan), Wakil Deputi Perdana Menteri Abdul Salam Hanafi (kiri) (Twitter/alemara_ar)

Jakarta, IDN Times – Amerika Serikat (AS) prihatin dengan postur kabinet Taliban dan pengangkatan Mohammad Hasan Akhund sebagai Perdana Menteri Afghanistan. Kendati begitu, Washington belum menyatakan sikapnya apakah menentang atau mendukung kabinet tersebut.

"Kami mencatat nama-nama yang diumumkan secara eksklusif (baca: disampaikan lebih dulu ketika kabinet belum rampung), terdiri dari individu yang menjadi anggota Taliban atau rekan dekat mereka, dan tidak ada wanita. Kami juga prihatin dengan afiliasi dan rekam jejak beberapa individu," kata juru bicara Departemen Luar Negeri, dilansir AFP.

1. Sejumlah nama pejabat masuk daftar hitam

Perdana menteri Afghanistan yang ditunjuk Taliban Mohammad Hasan Akhund (Twitter/alemara_ar)

Terkait isu ini, Gedung Putih tetap kekeh dengan pendirian awalnya, yaitu penerimaan atas rezim Taliban bergantung pada implemenetasi janji-janji reformisnya.

"Kami memahami Taliban, bahwa ini adalah kabinet sementara. Namun, kami akan menilai Taliban dengan tindakannya, bukan kata-katanya,” tambah juru bicara.

Sorotan AS tertuju pada sejumlah nama yang masuk dalam daftar hitam, termasuk Mohammad Hasan Akhund yang tercatat sebagai penerima sanksi di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Lalu, Sirajuddin Haqqani yang diangkat sebagai menteri dalam negeri. Haqqani merupakan salah satu orang yang kepalanya dihargai jutaan dolar oleh Federal Bureau of Investigation (FBI).

2. Fokus AS saat ini adalah melanjutkan misi evakuasi

Editorial Team

Tonton lebih seru di