Presiden El Salvador, Nayib Bukele saat berpidato. (twitter.com/PresidenciaSV)
Tindakan ini mengacu investigasi dari media online El Faro pada tahun 2020 lalu yang mengungkapkan Presiden Bukele melangsungkan perjanjian dengan geng MS-13. Hal ini dilakukan untuk mengurangi kasus pembunuhan, tapi justru memberikan keuntungan bagi geng kriminal, dilansir dari CNN.
Di sisi lain, Menteri Luar Negeri Antony Blinken mengatakan bila geng kriminal tersebut beroperasi lintas perbatasan negara dan diduga kerap berkerja sama dengan pejabat pemerintahan untuk memuluskan aksinya.
"Kami tahu bahwa organisasi kriminal didukung oleh tokoh korup yang dapat merusak aturan hukum, menghancurkan reputasi institusi publik dan melemahkan pemerintahan demokrasi." ungkap Blinken, dalam laman Reuters.
Menanggapi sanksi ini, Presiden Nayib Bukele menolak semua tudingan yang mengatakan bila pemerintahannya bernegosiasi dengan geng kriminal. Akan tetapi, ia menyalahkan pemerintahan sebelumnya dan eks wali kota San Salvador terkait masalah itu.
"Ini jelas bahwa kepentingan Pemerintah Amerika Serikat tidak ada hubungannya dengan demokrasi di semua negara. Ini sangat lucu lantaran ada orang yang berpikir bahwa ini adalah kasus sebenarnya" ucap Bukele lewat Twitternya.