Jakarta, IDN Times - Israel telah memperluas operasi daratnya ke arah selatan Jalur Gaza, setelah gencatan senjata selama tujuh hari gagal. Serangan tersebut termasuk di dekat rumah sakit dan di wilayah selatan yang terkepung.
Banyaknya warga sipil Palestina yang terbunuh, di mana sebagian besar korbannya adalah wanita dan anak-anak, serta besarnya skala kehancuran, membuat Amerika Serikat (AS) sebagai sekutu Israel mendapat banyak kecaman internasional dan menyerukan untuk gencatan senjata permanen.
Pemerintahan Presiden AS Joe Biden juga telah meningkatkan tekanan terhadap Israel guna menjaga keamanan warga sipil Palestina.
Al Jazeera melaporkan pada Selasa (5/12/2023), bahwa setidaknya 15.899 warga Palestina yang terbunuh di Gaza sejak Israel melakukan pembalasan brutal atas serangan Hamas pada 7 Oktober. Sebanyak 42 ribu orang dilaporkan terluka.
Sementara itu, 260 warga Palestina terbunuh dan 3.365 terluka di Tepi Barat yang diduduki. Di Israel, jumlah korban yang tewas sekitar 1.200 orang.
Pejabat Palestina di Gaza mengatakan bahwa jet Israel menjatuhkan bom fosfor di utara dan timur Khan Younis. Di sisi lain, Bulan Sabit Merah Palestina mengatakan mereka kehilangan kontak dengan timnya setelah layanan telekomunikasi terputus di Gaza di tengah pemboman Israel.