Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi ketika berkomunikasi dengan Menlu UEA (www.twitter.com/@Menlu_RI)

Jakarta, IDN Times - Krisis kemanusiaan di Myanmar pasca kudeta militer menjadi ujian bagi Asosiasi Negara-negara Asia Tenggara (ASEAN). Sejak ASEAN Leaders Summit (ALM) digelar pada 24 April 2021, situasi di Myanmar tak kunjung membaik, kekerasan terhadap warga sipil masih terjadi meski intensitasnya mulai menurun.

Pertemuan para pemimpin ASEAN, juga dihadiri Jenderal Min Aung Hlaing selaku pemimpin de facto Myanmar, menghasilkan five-points consensus, yang antara lain menuntut Burma menghentikan kekerasan terhadap pengunjuk rasa dan membebaskan tahanan politik termasuk penasihat negara Aung San Suu Kyi serta Presiden Win Myint.

Kendati begitu, hingga saat ini, Myanmar seperti tidak memiliki komitmen untuk merealisasikan kesepakatan yang terjalin.

1. ASEAN masih berusaha mewujudkan konsensus

Default Image IDN

Ketika menghadiri Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (SMU PBB) di New York, Amerika Serikat (AS), Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi mengatakan bahwa fokus ASEAN saat ini adalah mengimplementasikan 5 poin konsensus hasil ALM.

“Saya sampaikan upaya yang dilakukan ASEAN untuk segera menghentikan kekerasan dan mengembalikan demokrasi di Myanmar, termasuk 5 points concensus,” kata Retno melalui keterangan pers virtual, Jumat (21/5/2021).

2. Meminta dukungan DK dan MU PBB

Editorial Team

Tonton lebih seru di