Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
bendera Amerika Serikat (Pexels.com/Brett Sayles)
bendera Amerika Serikat (Pexels.com/Brett Sayles)

Intinya sih...

  • AS mengecam tindakan China yang mengarahkan radar ke pesawat militer Jepang

  • AS tegaskan dukungan kuat kepada Jepang, menyatakan aliansi keduanya lebih kuat dari sebelumnya

  • Ketegangan antara Jepang dan China meningkat setelah komentar Perdana Menteri Sanae Takaichi tentang kemungkinan respons Jepang jika China menyerang Taiwan

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Amerika Serikat (AS) untuk pertama kalinya mengecam tindakan China yang mengarahkan radar ke pesawat militer Jepang dalam sebuah latihan pekan lalu. Insiden ini memicu kekhawatiran baru di tengah meningkatnya ketegangan di Asia Timur.

Pertemuan udara itu terjadi di dekat Kepulauan Okinawa, ketika Beijing dan Tokyo memberikan penjelasan yang sangat berbeda mengenai apa yang sebenarnya terjadi. Jepang menilai tindakan China sebagai ancaman langsung terhadap keselamatan penerbangannya.

Insiden tersebut muncul tak lama setelah komentar Perdana Menteri Sanae Takaichi tentang kemungkinan respons Jepang jika China menyerang Taiwan, memicu perselisihan diplomatik baru antara kedua negara.

1. AS tegaskan dukungan untuk Jepang

Perdana Menteri Jepang Sanae Takaichi (kanan) bertemu dengan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, di Tokyo, pada 28 Oktober 2025. (x.com/kantei)

Amerika Serikat mengatakan tindakan China tidak membantu menjaga stabilitas kawasan.

“Tindakan China tidak kondusif bagi perdamaian dan stabilitas regional,” ujar juru bicara Departemen Luar Negeri AS.

Ia juga menegaskan, “Aliansi AS–Jepang lebih kuat dan lebih bersatu dari sebelumnya. Komitmen kami kepada sekutu kami, Jepang, tidak tergoyahkan, dan kami terus berkomunikasi erat terkait isu ini dan isu lainnya.”

Pemerintah Jepang menyambut baik pernyataan tersebut. Kepala Sekretaris Kabinet Minoru Kihara mengatakan komentar itu menunjukkan kuatnya aliansi AS–Jepang.

Di sisi lain, Kementerian Luar Negeri China belum memberikan tanggapan. Pada Selasa malam, Jepang kembali mengirim jet tempur untuk memantau patroli bersama angkatan udara China dan Rusia di sekitar wilayahnya.

2. Insiden udara paling serius dalam beberapa tahun

Insiden pembidikan radar oleh jet tempur China pada Sabtu lalu disebut sebagai yang paling serius dalam beberapa tahun terakhir. Mengarahkan radar ke pesawat lawan dianggap sebagai langkah mengancam karena dapat mengindikasikan persiapan serangan.

Tokyo mengecam tindakan tersebut sebagai aksi yang berbahaya. Namun, Beijing mengklaim pesawat Jepang berulang kali mendekati dan mengganggu angkatan laut China yang sedang melakukan latihan penerbangan berbasis kapal induk di timur Selat Miyako.

Dari Taipei, Presiden Taiwan Lai Ching-te menilai langkah China tersebut sebagai perilaku yang sangat tidak pantas.

“Kami juga menyerukan kepada China untuk menunjukkan tanggung jawab sebagai kekuatan besar. Perdamaian tak ternilai; perang tidak punya pemenang. Perdamaian harus dijaga oleh semua pihak, dan China memiliki tanggung jawab itu,” kata dia, dikutip dari Channel News Asia, Rabu (10/12/2025).

3. Ketegangan meningkat antara China-Jepang

PM Jepang Sanae Takaichi dan Presiden China Xi Jinping (首相官邸ホームページ, CC BY 4.0 <https://creativecommons.org/licenses/by/4.0>, via Wikimedia Commons)

Hubungan Jepang–China memburuk drastis sejak Perdana Menteri Sanae Takaichi menyampaikan di parlemen bahwa serangan China ke Taiwan dapat menjadi situasi yang mengancam kelangsungan hidup bagi Jepang dan dapat memicu kemungkinan respons militer.

China menuntut Takaichi menarik ucapannya, menuduh Jepang mengancam secara militer. Negeri Tirai Bambu bahkan menyarankan warganya agar tidak bepergian ke Jepang. Pernyataan tersebut menambah ketegangan diplomatik yang terus berkembang.

Duta Besar AS untuk Jepang George Glass memberikan dukungan terbuka kepada Tokyo melalui berbagai unggahan media sosial. Namun, Presiden Donald Trump dan pejabat senior lainnya tetap tidak berkomentar. Menurut sumber yang mengetahui masalah ini, Trump, yang berencana mengunjungi Beijing tahun depan untuk pembicaraan perdagangan, telah menelepon Takaichi dan mendesaknya agar tidak memperburuk ketegangan tersebut.

Editorial Team