AstraZeneca Klaim Vaksinnya Efektif Lawan Varian COVID-19 Baru

Jakarta, IDN Times - Kepala eksekutif AstraZeneca, Pascal Soriot mengatakan, para penelitinya yakin suntikan vaksin buatan mereka efektif melawan varian baru virus corona, yang notabene telah membuat kasus COVID-19 di Inggris meningkat pesat.
Hal itu diungkapkan Pascal kepada Sunday Times pada Minggu (27/12/2020), beberapa hari menjelang pengumuman persetujuan penggunaan vaksin virus corona yang dikembangkan perusahaan ini.
"Kami pikir telah menemukan formula yang bagus dan manjur untuk menjadi pemenang tapi untuk membuat formula tersebut efektif pastinya tergantung dengan seluruh tim sendiri. Saya tidak dapat memberitahu Anda lebih banyak karena kami akan menerbitkannya suatu saat nanti,” kata Soroit.
“Sejauh ini, kami pikir vaksin seharusnya tetap efektif. Tapi kami tidak yakin, jadi kami akan mengujinya,” tambahnya saat ditanya tentang kemanjuran vaksin terhadap varian baru virus corona yang menyebar di Inggris.
1. Tingkat efektifitas vaksin
AstraZeneca mengembangkan vaksin COVID-nya bersama Universitas Oxford. Beberapa pihak telah mengemukakan kekhawatiran bahwa vaksin AstraZeneca mungkin tidak sebaik yang dibuat oleh Pfizer, yakni vaksin yang sudah didistribusikan di Inggris dan negara lain.
Hasil parsial menunjukkan, suntikan AstraZeneca 70 persen efektif untuk mencegah penyakit akibat infeksi virus corona, dibandingkan dengan kemanjuran 95 persen yang dilaporkan oleh Pfizer dan mitranya di Jerman, BioNTech.
Pemerintah Inggris mengatakan, regulator obat-obatan saat ini sedang meninjau data akhir dari uji klinis fase tiga AstraZeneca. The Times dan media lain sebelumnya melaporkan bahwa izin edar vaksin tersebut mungkin akan diumumkan pada hari Kamis, 31 Desember 2020 dan vaksin dapat mulai didistribusikan untuk publik Inggris pada minggu pertama Januari.
2. Jenis baru virus corona di Inggris
Virus corona varian baru telah beredar luas di Inggris selama beberapa waktu terakhir. Akibat virus baru itu, tingkat infeksi di seluruh negeri telah melonjak pesat sebab virus baru ini lebih menular. Meski demikian virus itu diyakini tidak membawa dampak yang lebih buruk pada kesehatan dibandingkan virus asli asal Wuhan, Tiongkok.
Meski demikian, akibat tingginya tingkat infeksi virus itu, Perdana Menteri Boris Johnson telah mengumumkan aturan yang melarang orang untuk bepergian dan berkumpul di liburan Natal dan tahun baru 2021.
Pihak berwenang juga telah memperketat pembatasan di banyak wilayah di Inggris. Langkah ini mempengaruhi sekitar 24 juta orang atau 43 persen dari populasi negara itu.
3. Kasus infeksi virus baru terdeteksi di banyak negara
Peningkatan pesat kasus corona varian baru di Inggris membuat banyak negara lain di dunia, melarang masuk orang-orang yang baru melakukan perjalanan dari negara tersebut. Tetapi saat ini kasus varian baru telah dilaporkan di belasan negara di seluruh dunia.
Menurut laporan, strain baru dari virus corona yang pertama kali terdeteksi di Inggris Raya ini setidaknya sudah ada di 14 negara, termasuk Inggris.
Negara lain yang sudah melaporkan kasus infeksi virus jenis baru itu tadalah Singapura, Afrika Selatan, Malaysia, Jerman, Belanda, Belgia dan Australia. Selain itu ada juga Denmark, Italia, Gibraltar, Lebanon, Prancis dan Portugal.
Portugal merupakan negara terbaru yang melaporkan kasus infeksi virus corona varian Inggris. Kasus itu ditemukan di pulau Madeira dan merupakan kasus penularan COVID-19 jenis baru pertama yang ditemukan di negara itu.
Dalam sebuah pernyataan pada Minggu (27/12/2020), otoritas perlindungan sipil regional mengatakan, varian baru itu terdeteksi pada pelancong yang tiba di Madeira dari Inggris. Meski demikian, mereka tidak menyebutkan berapa banyak orang yang terinfeksi atau kapan kasus itu ditemukan.
“Identifikasi ini mungkin terjadi berkat kerja yang dikembangkan oleh pusat pemeriksaan di bandara internasional Madeira yang memungkinkan untuk melacak, mengidentifikasi dan meneruskan kasus positif untuk diisolasi ketika terdeteksi,” katanya, sebagaimana dilaporkan Channel News Asia, Senin (28/12/2020).