ilustrasi uang (Pexels.com/Pixabay)
Dengan krisis ekonomi yang sangat parah menghantam Lebanon, IMF adalah salah satu lembaga yang dapat memberikan solusi. Prioritas untuk dapat membuka kunci dari pembekuan pembicaraan dengan lembaga keuangan dunia itu adalah hal yang utama.
Presiden Michel Aoun mengatakan "kami membutuhkan bantuan IMF, Bank Dunia, dana regional dan internasional," ujarnya dikutip oleh Reuters. "Yang diperlukan adalah langkah-langkah yang mendesak dan tegas untuk memulai reformasi," tambahnya.
Kementrian Keuangan Lebanon menjelaskan bahwa negara tersebut akan menerima total 1,13 miliar dolar atau Rp16,1 triliun dalam bentuk Special Drawing Rights (SDR).
SDR atau Hak Penarikan Khusus adalah aset cadangan mata uang asing pelengkap yang ditetapkan oleh IMF pada 1969. Fungsi dari SDR adalah mendukung cadangan devisa masing-masing negara anggotanya. Tujuannya berbeda-beda tergantung situasi yang melatarbelakangi keputusan IMF.
Kisruh politik di Lebanon adalah salah satu faktor penting mengapa IMF tidak mau melakukan pembicaraan dengan negara tersebut tahun lalu.
Kini setelah disepakati pemerintahan struktural yang baru, pemerintah Barat, termasuk Amerika Serikat dan Prancis, menyambut baik pembentukan kabinet. Mereka juga mendesaknya untuk segera menerapkan reformasi yang diminta pemberi pinjaman internasional, sebelum pinjaman dapat mengalir.
Meski begitu, Zeina Khodr dari Al Jazeera yang melaporkan dari Beirut menjelaskan bantuan IMF sekitar Rp16,1 triliun itu adalah solusi jangka pendek.
"Lebih dari 80 persen penduduknya miskin. Mata uang telah runtuh. Ada banyak tantangan ke depan. Tetapi 1 miliar dolar (Rp16,1 triliun) itu–tentu saja itu akan membantu–tetapi itu adalah solusi jangka pendek. Apa yang perlu dilakukan oleh pemerintah ini adalah jalan menuju pemulihan yang berkelanjutan," jelas Zeina Khodr.