Austria Wajibkan Lockdown Bagi Warga yang Belum Divaksinasi COVID-19
.jpg)
Jakarta, IDN Times - Kanselir Austria, Alexander Schallenberg, pada Kamis (11/11/2021) mengatakan bahwa pemerintah pusat akan menerapkan pembatasan aktivitas bagi warga yang tidak divaksinasi COVID-19.
Hal itu menjadi opsi karena kasus infeksi harian COVID-19 sedang meningkat. Data hari Kamis menunjukkan bahwa angka infeksi dalam 24 jam terakhir bertambah 11.975 kasus, menjadi yang tertinggi sejak virus menyebar di Austria.
1. Pembatasan untuk yang tidak divaksinasi
Melansir Associated Press, ketika berkunjung ke Bregens di Austria Barat, Schallenberg menyampaikan bahwa pembatasan untuk mereka yang tidak divaksinasi akan sulit dihindari dan mereka tidak akan bisa menghadapi musim dingin serta Natal dengan nyaman.
Schallenberg juga mengatakan, tindakan ini menjadi pilihan untuk melindungi kebebasan orang-orang yang telah divaksinasi. Dia tidak bisa memahami mengapa dua pertiga populasi harus kehilangan kebebasan mereka karena sepertiganya tidak divaksinasi.
Secara lebih rinci, mereka yang belum divaksinasi akan dilarang mengunjungi restoran, hotel, salon, dan acara publik besar. Lockdown bagi yang tidak divaksinasi hanya mengizinkan mereka keluar rumah untuk bekerja dan berbelanja kebutuhan pokok, yang mirip dengan pembatasan tahun lalu.
Wilayah Austria Hulu, yang memiliki tingkat vaksinasi terendah dan tingkat infeksi tertinggi dari sembilan provinsi Austria, berencana untuk memberlakukan pembatasan bagi yang tidak divaksinasi mulai 15 November. Gubernur wilayah tersebut, Thomas Stelzer, mengatakan tindakan ini bisa diterapkan setelah adanya persetujuan dari pemerintah pusat.
2. Tingkat vaksinasi di Austria
Dilaporkan Reuters, rencana ini disepakati sejak September lalu. Salah satu pemicunya adalah tingkat rawat inap pasien COVID-19 mencapai 30 persen. Ada pun tingkat rawat inap saat ini adalah 20 persen dan sangat mungkin naik dengan cepat.
Sekitar 65 persen populasi Austria telah divaksinasi penuh. Menurut Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa, tingkat itu merupakan capaian vaksinasi terendah di Eropa Barat, selain Liechtenstein.
Di Austria banyak orang meragukan vaksin, yang didukung oleh oposisi Partai Kebebasan sayap kanan, partai terbesar ketiga di parlemen.
3. Jerman dan Belanda juga catatkan kasus harian tertinggi sejak pandemik
Pada Kamis, angka resmi menunjukkan 760,6 kasus baru yang dilaporkan per 100 ribu penduduk selama tujuh hari sebelumnya di Austria, tingkat tersebut tiga kali lipat dari negara tetangga Jerman yang mulai mengalami kenaikan kasus. Banyak negara-negara di Eropa sedang mengalami lonjakan kasus COVID-19.
BBC melaporkan, Menteri Kesehatan Jerman, Jens Spahn, baru-baru ini memperingatkan ancaman pandemik bagi mereka yang tidak divaksinasi. Jerman pada Kamis melaporkan lebih dari 50 ribu kasus dalam sehari, yang tertinggi di negara itu sejak pandemik. Saat ini tingkat vaksinasi di Jerman sebesar 67,3 persen populasi.
Kasus yang meningkat secara nasional membuat negara bagian di Jerman, yaitu Brandenburg, sejak 15 November melarang orang yang tidak divaksinasi berkunjung ke restoran, hotel, bioskop, dan teater. Interaksi mereka juga akan dibatasi hanya kepada mereka yang telah divaksinasi atau baru pulih dari COVID-19.
Belanda juga menghadapi lonjakan kasus tertinggi sejak pandemik, dengan penambahan 16.364 kasus pada Kamis. Karena adanya peningkatan yang mengkhawatirkan, Tim Manajemen Wabah Belanda telah merekomendasikan lockdown sebagian selama dua minggu di seluruh negeri, yang akan menutup bioskop dan teater.