Ilustrasi modul stasiun luar angkasa. (pixabay.com/WikiImages)
Meski begitu, Tokyo pada awal pekan ini berhasil menempatkan wahana antariksa Smart Lander for Investigating the Moon (SLIM) memasuki orbit bulan, yang diluncurkan dengan roket H2A pada September.
Tugas wahana tak berawak tersebut termasuk mendemonstrasikan teknik pendaratan yang akurat dan memeriksa batuan bulan. Wahana ini diperkirakan mendarat di permukaan bulan pada 20 Januari jika misinya berjalan sesuai rencana, Kyodo News melaporkan.
Menurut JAXA, SLIM dirancang guna menguji teknologi untuk melakukan pendaratan tepat di permukaan benda gravitasi dengan presisi yang belum pernah terjadi sebelumnya, yakni kurang dari 100 meter dari target yang diinginkan.
Diharapkan keberhasilan pendaratan presisi yang dilakukan SLIM, dapat mewujudkan era pendaratan di tempat yang diinginkan pada misi bulan di masa depan. Ini mencakup pencarian air, yang memerlukan pendaratan tepat pada permukaan yang tidak rata, seperti lereng.
Jika pendaratan tersebut berhasil, JAXA berharap dapat membantu mengungkap asal-usul bulan dengan melakukan analisis komposisi batuan yang diyakini sebagai bagian dari mantelnya.
Jepang berambisi menjadi negara kelima yang mendaratkan penjelajah di permukaan bulan, setelah bekas Uni Soviet, Amerika Serikat, China, dan India, di tengah semakin ketatnya persaingan global di bidang luar angkasa.