Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky (kiri) dan Sekjen NATO Jens Stoltenberg (kanan) (Twitter.com/Jens Stoltenberg)
Penumpukan pasukan Rusia di dekat timur perbatasan Ukraina telah menimbulkan kekhawatiran keamanan bagi Eropa. Penumpukan pasukan itu dikhawatirkan dapat memicu perang mematikan.
Washington dan sekutu Eropa telah berusaha untuk mencegah niat Kremlin melancarkan invasi ke Ukraina dengan melakukan upaya diplomasi. Tapi tiga tuntutan dalam proposal keamanan yang diajukan Rusia dinilai tidak realistis oleh beberapa pejabat AS.
Ada taruhan yang tinggi untuk pembicaraan diplomasi tersebut.
Menurut James Landdale dari BBC, tuntutan Rusia itu dirancang untuk ditolak sehingga dapat digunakan sebagai dalih untuk aksi militer. Bahkan diplomat lain percaya bahwa Presiden Putin memiliki tujuan untuk memeras aliansi Barat yang bersedia memberi landasan untuk menghindari perang.
AS dan NATO sepertinya akan menolak tuntutan Rusia tentang kebijakan penerimaan anggota baru. Itu karena NATO tidak akan membiarkan dirinya didikte oleh Moskow.
Tapi beberapa pejabat AS mengatakan mereka bersedia untuk melihat pembatasan pada latihan militer serta penempatan penyebaran rudal di negara-negara yang berbatasan dengan Rusia.
Ada beberapa ketakutan dari sekutu AS di Eropa. Bahwa ketegangan di Ukraina saat ini yang dilanjutkan dengan upaya diplomasi mencegah Rusia melakukan invasi, akan membuat Moskow mendapatkan hadiah terlalu besar, harga yang terlalu tinggi dalam mencoba menghindari konflik di Ukraina.
Meski begitu, Sekjen NATO Jens Stoltenberg bersikeras bahwa aliansi atlantik utara telah siap jika aksi militer memang hanya jadi pilihan terakhir yang akan dilakukan Rusia. NATO siap untuk menghadapinya. Tapi Stoltenberg tidak menutup kemungkinan dialog lewat diplomasi untuk mencegah hal itu.