Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi termometer. (unsplash.com/Jarosław Kwoczała)
Ilustrasi termometer. (unsplash.com/Jarosław Kwoczała)

Intinya sih...

  • Bangladesh membuka kembali sekolah setelah gelombang panas, dengan kelas dilanjutkan pada akhir pekan.
  • 33 juta siswa di Bangladesh harus mempersiapkan diri menghadapi ujian, setelah belajar dari jarak jauh selama gelombang panas.
  • Gelombang panas yang parah juga berdampak pada sektor garmen dan menyebabkan risiko kesehatan yang parah bagi anak-anak di Asia-Pasifik.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Bangladesh kembali membuka sekolah-sekolah pada Minggu (5/5/2024) dan kelas-kelas dilanjutkan pada akhir pekan. Kegiatan belajar mengajar sempat terhenti di negara itu, setelah gelombang panas yang menyengat seminggu yang lalu yang menyebabkan suhu melonjak hingga lebih dari 40 derajat celcius.

"Bangladesh yang mengikuti minggu kerja Islam, dari Minggu-Kamis, akan mengadakan kelas-kelas pada Sabtu hingga pemberitahuan lebih lanjut," kata Kementerian Pendidikan, dikutip dari The Straits Times.

Sementara itu, Menteri Pendidikan Mohibul Hasan Chowdhury mengatakan bahwa sekolah akan dibuka pada Jumat, jika diperlukan guna menyelesaikan kurikulum. Para orang tua pun menyambut baik keputusan tersebut.

1. Suhu di Bangladesh mencapai 43,8 derajat celcius

Bangladesh berada dalam kebingungan untuk membuka kembali sekolah bagi sekitar 33 juta siswa di tengah tekanan untuk mempersiapkan siswa menghadapi ujian.

Sebelumnya, para siswa diminta untuk tinggal di rumah dan belajar dari jarak jauh. Sebab, negara tersebut mencatat gelombang panas terburuk dalam tujuh dekade yang menyebabkan suhu mencapai 43,8 derajat celcius pada awal bulan ini.

Para ahli memperingatkan bahwa panas bumi dapat memperburuk kesenjangan, sehingga memperlebar kesenjangan pembelajaran antara negara-negara berkembang dan maju di kawasan tropis.

Badan anak-anak PBB (UNICEF) memperkirakan satu dari tiga anak, atau hampir 20 juta anak di dataran rendah Bangladesh, menanggung beban paling berat imbas perubahan iklim setiap hari.

2. Gelombang panas berimbas pada perekonomian Bangladesh

Ilustrasi suasana kota Dhaka di Bangladesh. (pexels.com/Ehsan Haque)

Para ilmuwan mengatakan, perubahan iklim berkontribusi terhadap gelombang panas yang lebih sering, parah, dan berkepanjangan selama musim panas.

Bangladesh juga telah mendorong warga untuk tinggal di dalam rumah dan minum air. Mereka yang bekerja di luar ruangan, seperti buruh dan pengemudi becak, mengatakan suhu panas yang ekstrem telah menjadi tantangan yang sangat berat. 

"Menarik becak menjadi sangat sulit. Tapi kami tidak bisa tinggal di rumah. Lalu, apa yang akan kami makan?" kata Mohammad Zamir, seorang penarik becak, dikutip dari Reuters.

Di sisi lain, gelombang panas yang menyengat telah menyebabkan kekurangan air dan seringnya pemadaman listrik. Hal ini berdampak pada sektor garmen Bangladesh, mengingat negara ini adalah penghasil garmen terbesar kedua di dunia setelah China. Negara tersebut memasok banyak merk terkemuka dunia, termasuk H&M, Gap Inc, Zara, terutama di Amerika Serikat dan Eropa.

3. Bangladesh dan beberapa negara Asia lainnya menghadapi gelombang panas

Ilustrasi bendera Bangladesh. (pexels.com/MD. Ahsan Mahmud)

Saat ini, Bangladesh dan India yang berada di Asia Selatan beberapa negara-negara di Asia Tenggara telah menghadapi gelombang panas selama berminggu-minggu yang menyebabkan rekor suhu tinggi yang menimbulkan risiko kesehatan yang parah, dilansir Associated Press.

Pada April, UNICEF mengatakan bahwa sekitar 243 juta anak di kawasan Asia-Pasifik, terpapar gelombang panas yang lebih panas dan lebih lama. Ini membuat mereka berisiko terkena berbagai penyakit terkait panas, hingga kematian. Badan PBB tersebut juga menyerukan berulang kali untuk orang-orang menghindari aktivitas di luar ruangan dan minum banyak air.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

EditorRahmah N