Baru Longgarkan Aturan, 200 Kasus COVID-19 Muncul Lagi di Beijing

Jakarta, IDN Times - Pihak berwenang di Beijing, China, berusaha keras untuk menahan lonjakan kasus COVID-19 di negara tersebut. Hal ini terkait dengan munculnya hampir 200 kasus COVID-19 setelah Beijing melonggarkan aturan.
Berdasarkan penelusuran, kasus-kasus ini muncul usai sejumlah peraturan dilonggarkan termasuk diperbolehkannya bar dan cafe beroperasi kembali 24 jam.
1. Pengujung memadati tempat hiburan di Beijing
Pekan lalu, saat sejumlah peraturan telah dilonggarkan, termasuk pembukaan penuh tempat hiburan, bar populer Heaven Supermarket dipadati pengunjung.
Dilansir Channel News Asia, Senin (13/6/2022), kasus baru COVID-19 di ibu kota China ini disinyalir muncul setelah bar ini dibuka 24 jam non-stop.
“Dengan hampir 200 kasus COVID-19 muncul pasca-pembukaan bar tersebut sejak 9 Juni, jumlah ini sangat tak terkendali,” kata sumber otoritas kesehatan Beijing.
2. Sejumlah bar dan tempat hiburan ditutup
Usai muncul kasus baru COVID-19 di Beijing, pihak berwenang langsung menutup bar Heaven Supermarket dan sejumlah bisnis lain di dekatnya, termasuk Paradise Massage and Spa.
“Sejumlah pelanggan dan staf juga akan diperiksa,” ucap sumber otoritas kesehatan tersebut.
Pada Minggu (12/6/2022), Beijing melaporkan ada 51 kasus baru. Munculnya kasus baru ini cukup menjadi pukulan bagi Negeri Tirai Bambu karena kebijakan penerapan nol COVID.
3. WHO menyebut kebijakan nol-COVID China tak berkembang
Awal Mei 2022 lalu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, kebijakan nol-COVID yang diterapkan China, tidak relevan dan tidak berkelanjutan. WHO sendiri telah berbicara dengan Beijing dan menyerukan untuk mengubah kebijakan tersebut.
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, transisi ke strategi lain dinilai akan lebih penting daripada mempertahankan kebijakan Nol-COVID.
“Ketika berbicara kebijakan Nol-COVID milik China, kami berpikir itu tidak relevan dan tidak berkembang, mengingat virus sekarang bermutasi dan apa yang kami antisipasi di masa depan,” kata Tedros kala itu.
“Kami telah membahas masalah ini dengan ahli di China dan kami mengindikasikan bahwa kebijakan tersebut tak akan berlanjut,” pungkasnya.