Demonstrasi yang digelar pada hari Minggu, melibatkan sekitar 8.000 orang. Jumlah tersebut jauh lebih sedikit dari pada pekan lalu, yang melibatkan sekitar 35.000 orang. Namun protes terbaru, para demonstran berusaha untuk menuju kantor pusat Uni Eropa yang aksesnya ditutup oleh polisi.
Menurut Al Jazeera, gas air mata dan meriam air digunakan oleh polisi untuk membubarkan massa yang ricuh dalam bentrokan. Massa melempari polisi dengan sampah, petasan, suar dan juga kaleng bir.
Sejauh ini, tidak ada laporan korban terluka dari peristiwa tersebut. Tapi setelah para demonstran bubar dan menjadi kelompok-kelompok kecil, insiden bentrokan kembali lagi terjadi lebih banyak. Para demonstran membakari sampah dan barikade milik polisi.
Warga Belgia yang melakukan demonstrasi, mereka protes aturan kewajiban vaksinasi dan aturan menunjukkan sertifikat vaksin untuk mengakses bar serta restoran. Aturan itu menurut mereka sangat diskriminatif.
Alain Sienaort, salah satu demonstran mengatakan "saya tidak bisa menanggung diskriminasi dalam bentuk apapun, dan sekarang ada izin vaksin yang diskriminatif, sanksi untuk pengasuh (yang tidak divaksinasi) yang diskriminatif juga, ada vaksinasi wajib yang sedang menuju ke arah kami. Itu semua diskriminasi, jadi kami harus melawannya. Kami tidak menginginkan kediktatoran."